REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para jamaah haji diminta tidak panik atas kejadian puluhan dokter dan petugas Rumah Sakit King Abdul Aziz, Arab Saudi, yang tertular MERS. Pasalnya rumah sakit Berlokasi di Riyadh, bukan di daerah yang akan dilalui jamaah haji.
Penularan MERS meluas di Riyadh bermula hanya dari satu pasien saja. Namun hingga kini jumlah kasus baru MERS CoV di Riyadh ini angkanya belum diketahui pasti.
"Ada statement yang menyebut 21 kasus dan ada juga yang menyebutkan 46 kasus," ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP (K) , MARS, DTM&H, DTCE dalam siaran persnya yang diterima ROL, Jumat (21/8).
Seperti juga di RS di Korea Selatan maka penularan luas di RS di Riyadh juga bermula terjadi di Bangsal Instalasi Gawat Darurat. Alhasil kemarin, Kamis (20/8), akhirnya Arab Saudi menutup Bangsal Instalasi Gawat Darurat).
"Jadi, gedung tempat penularan menjadi perhatian penting untuk prevensi mencegah wabah meluas," kata dia.
Namun meski kasus tersebut terjadi di Riyadh, tidak ada salahnya jamaah haji tetap waspada. "Tapi tidak perlu panik karena pemerintah setempat tentu sedang bekerja keras menangani outbreak MERS CoV yang terjadi di Riyadh ini," ucapnya.
Pada kenyataannya jamaah haji yang sedang sakit (penyakit biasa, bukan MERS) dapat dirujuk dari Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) ke RS Arab Saudi, baik di Jeddah, Mekkah dan Medinah. Atau mungkin juga bisa langsung datang dan dibawa ke RS Arab Saudi di kota-kota tersebut.




