REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setiap orang yang pergi haji ingin meraih gelar haji mabrur. Mengapa haji mabrur begitu penting? Menurut Dr Oni Sahroni, ada dua hadits terkait dengan kedudukan haji mabrur.
“Pertama, haji mabrur adalah perbuatan yang palingmulia disetarakan dengan jihad,” ujar doktor fiqih muamalat lulusan Al-Azhar University Kairo, Mesir itu kepada Republika, Selasa (1/9).
Oni menambahkan, jihad (berjuang atau berperang di jalan Allah) mengorbankan aset yang paling mahal yang dimiliki manusia, yakni nyawanya.
“Begitulah kira-kira kedudukan dan fungsi haji. Karena begitu beratnya ibadah haji, maka balasan yang Allah siapkan tidak kalah mulianya dengan jihad,” papar Oni yang juga direktur dan peneliti SIBER-C SEBI, Depok, Jawa Barat.
Dalam hadis kedua, kata Oni, dijelaskan bahwa haji mabrur itu akan bisa diperoleh manakala seorang jamaah haji tidak melakukan rafats (mengeluarkan kata-kata kotor) dan fusuq (melakukan kemaksiatan).
“Jamaah haji yang komitmen untuk tidak melakukan kata-kata kotor dan maksiat diibaratkan oleh rasulullah sebagai seorang bayi yang baru lahir, bersih tidak berdosa,” papar Oni yang juga anggota Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI).