Jumat 04 Sep 2015 14:57 WIB

Doa Istimewa Saat Pelesiran ke Masjid Quba

Rep: EH Ismail/ Red: Indah Wulandari
Masjid Quba, Madinah
Foto: aulia-e hind.com
Masjid Quba, Madinah

REPUBLIKA.CO.ID,MADINAH -- Tim Media Center Haji (MCH) di Madinah meluangkan waktu untuk plesiran ke  Masjid Quba, masjid pertama yang dibangun Rasulullah Muhammad SAW.

Jarak Masjid Quba sekitar lima kilometer dari batas luar Kota Madinah di sebelah tenggara. Masjid yang dibangun pada 8 Rabiul Awal tahun pertama Hijriyah kini adalah bangunan nan megah dengan sejumlah kubah dan menara menjulang ke langit.

Tentu bangunan bercat putih yang saat ini dijumpai para peziarah bukanlah Masjid Quba asli yang dibangun oleh Rasulullah. Masjid sudah mengalami beberapa kali renovasi dan perluasan oleh Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

Setelah memarkir kendaraan, saya, tim MCH, dan pengemudi kami yang berasal dari Madura, Abdul Cholid, segera masuk ke masjid dan melakukan shalat sunah. Sesaat sebelum memasuki masjid, saya membaca prasasti bertuliskan Arab yang terpajang di pintu masuk masjid untuk jamaah laki-laki.

Ada empat baris tulisan dengan ukuran huruf yang berbeda. Baris pertama dengan huruf lebih tebal dan lebih besar dari tulisan pada baris kedua dan ketiga berbunyi: Keutamaan Shalat di Masjid Quba. Lalu, baris kedua dan bari ketiga tulisan adalah bunyi hadis yang menegaskan maklumat pada baris pertama.

Saya coba mengartikan dua baris hadis itu. “Rasulullah SAW berkata, siapa saja yang bersuci (dalam keadaan wudhu) dari rumah, kemudian mendatangi Masjid Quba dan mendirikan shalat di dalamnya, maka imbalannya adalah setara dengan berumrah.”

Prasasti maklumat yang terbuat dari marmer tersebut kemudian ditutup dengan tulisan yang lebih kecil di sisi sebelah kiri bawah. Isinya adalah keterangan bahwa hadis shahih di atasnya diriwayatkan oleh Ibnu Majah.

Masjid Quba terbagi menjadi dua bagian besar yang dipisahkan latar semacam jalan setapak memanjang. Ruang utama masjid digunakan untuk shalat. Di dinding bagian kanan-kiri masjid terdapat rak-rak yang digunakan untuk menyimpan Alquran.

Jamaah bisa meminjam Alquran untuk dibaca di tempat itu. Di seberang ruang utama masjid, terdapat ruangan yang dijadikan tempat belajar-mengajar. Modelnya seperti aula besar dengan karpet merah membentang.

Setelah shalat dan berdoa di ruang utama Masjid Quba, saya memberanikan diri berbincang dengan salah seorang pengurus Masjid Quba. Dengan ramah dia meladeni keinginan saya berdialog kendati dengan bahasa Arab saya yang belepotan. Thalal al-Harby, nama pengurus masjid itu. Saya pun menanyakan seputar hadis yang terpasang di pintu masuk masjid.

Syeikh Thalal pun menjelaskan, di Madinah, ada empat tempat yang memiliki keistimewaan dibandingkan tempat-tempat lainnya. Keempat tempat itu adalah raudhah di Masjid Nabawi, Masjid Quba, Jabal Uhud, dan pemakaman Baqi.

“Seperti yang Anda baca tadi, shalat di Masjid Quba ini keutamaannya adalah pahala setingkat orang berumrah ke Makkah,” ujar Syeikh Thalal.

Di ujung perbincangan, Thalal pun mendoakan agar kami dilimpahi rahmat oleh Allah SWT dan bisa diberikan kesempatan untuk kembali mengunjungi Masjid Quba.

“Jadilah seperti penduduk Madinah, jika ingin berumrah, ke sini saja. Insya Allah, rahmat Allah bersama kalian semua,” ujar Thalal.

Saya pun iri dengan penduduk Madinah. Mereka begitu beruntung memiliki Masjid Quba yang diberikan keistimewaan oleh Nabi.

Mereka tak perlu mengeluarkan uang jutaan rupiah bahkan menempuh perjalanan jauh untuk mengejar pahala umrah. Cukup ke Masjid Quba. Saya bersyukur bisa mengecap sedikit kenikmatan menjadi penduduk Madinah. Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement