REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ratna Puspita dari Tanah Suci
MAKKAH -- Jamaah mencari anggota keluarga yang belum kembali sejak peristiwa mobile crane terjungkal ke Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Makkah di wilayah Khalidiyah, Senin (14/9). Anggota keluarganya itu terakhir shalat di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.
Jamaah asal Kelompok terbang (Kloter) Medan (MES) 09 Amaliah Siregar berharap keluarga segera mengetahui keberadaan adiknya, Jeaniro Ganumbang Siregar (33 tahun). "Apapun kondisinya, yang penting kami tahu kondisi fisiknya. Apakah dia sudah meninggal," kata dia,
Senin.
Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI) Kloter MES 9 Saidup Kudadiri mengatakan Jeaniru shalat bersama empat orang dari MES 9 di area sejurus dengan Maqam Ibrahim ketika kejadian.
Dia menyebutkan tiga orang mengalami luka, di antaranya Sopiah Taizir Nasution dan Nur Baik Nasution. "Mereka sudah kembali ke pemondokan," kata dia.
Seorang lainnya meninggal dan sudah dimakamkan oleh maktab, yaitu Masnauli Sijuadil Hasibuan. Ketika shalat, posisi duduk mereka itu tiga orang yang luka, Masnauli, dan Jaeniro. "Dia ada di sebelah Masnauli," ujar Saidup.
Saidup mengatakan perangkat kloter sudah mencari informasi melalui tiga anggota jamaah yang mengalami luka. Menurut mereka, dia menuturkan, Jaeniro juga menjadi korban. "Karena itu kami mencoba mencari dia," kata dia.
Saidup mengatakan keluarga dan perangkat kloter sudah mendatangi BPHI Makkah dan seluruh rumah sakit yang ada di Makkah. Bahkan, mereka juga mendatangi pemulasaran jenazah di Al Muaisim. "Tapi, belum ada hasilnya," kata dia.
Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan dr Fidiansjah mengatakan BPHI Makkah menerima sembilan laporan dari perangkat kloter mengenai adanya jamaah yang belum kembali sejak peristiwa mobile crane terjungkal Jumat (11/9). "Tapi, ini belum tentu terkait dengan crane," kata dia.
Sejak terjadinya musibah itu, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi memang meminta perangkat kloter untuk memeriksa anggota jamaahnya. Jamaah yang kembali ke pemondokan harus sesuai dengan jumlah jamaah sebelum kejadian mobile crane.
Data itu yang menjadi dasar pencarian jamaah di rumah sakit dan pemulasaran jenazah di Al Muaisim. Kendati demikian, ternyata tidak semua jenazah dilengkapi dengan identitas yang jelas. "Misalnya, tanpa gelang itu sangat sulit," kata Fidiansjah.
Dia mencontohkan ada jamaah yang sangat sulit identifikasi pada Ahad (13/9) malam. Namun, suami dari korban sangat yakin jenazah tersebut adalah istrinya melalui tanda-tanda di tubuhnya. "Kita identifiaksi lewat keyakinan suaminya," kata dia.