Jumat 25 Sep 2015 06:20 WIB
Insiden Mina

Petugas Haji Jaga Setiap Persimpangan Mina

Jamaah haji menyusuri jalan di Mina untuk menunaikan ibadah melempar jumrah yang jatuh tepat pada perayaan Idul Adha, Kamis (24/9).
Foto: Reuters
Jamaah haji menyusuri jalan di Mina untuk menunaikan ibadah melempar jumrah yang jatuh tepat pada perayaan Idul Adha, Kamis (24/9).

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) menyiapkan petugas di persimpangan jalan yang direkomendasikan untuk jamaah Indonesia untuk mencegah jamaah tersasar menuju tenda di Mina.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin ketika ditemui di tenda Amirul Hajj di Mina, Arab Saudi, Kamis malam (24/9) mengatakan PPIH telah menunjukkan jalur atau jalan yang harus dilalui jamaah haji Indonesia ketika akan melempar jamrah dan kembali ke tenda masing-masing untuk mabit (bermalam) di Mina.

"Jadi jamaah haji harus melalui jalan semestinya," ujar Lukman.

Jalur tersebut telah disesuaikan dengan tenda atau maktab tempat jamaah Indonesia bermalam, yaitu 45 maktab di Harratul Lisan (Mina) dan tujuh maktab di Mina Jadid.

Pada jalur tersebut yaitu Jalan Moeasim untuk mereka yang mabit di wilayah Harratul Lisan dan Jalan King Fahd untuk mereka yang tinggal di Mina Jadid.

"Pada jalur itu, di setiap titik persimpangan yang terpecah ada petugas untuk memandu jamaah agar tidak tersesat," kata Lukman.

Oleh karena itu, ia memperkirakan jamaah yang menjadi korban pada peristiwa Mina, Kamis pagi, terbawa arus jamaah lain saat menuju Jamarat untuk melontar jamrah pagi.

"Jamaah yang ada di lokasi dan menjadi korban (musibah Mina) harus dicermati lagi, apa sebabnya. Kemungkinan mereka terbawa arus yang begitu kuat dan banyak ke sebuah titik yg ingin dituju, karena tidak tahu," kata Lukman.

Ia berharap korban meninggal dari jamaah Indonesia tidak bertambah. Sampai pukul 22.00 WA, jumlah jamaah yang meninggal sebanyak tiga orang.

Sebanyak dua orang sudah diidentifikasi yaiti Hamid Atwi Tarji dari Probolinggo, Jawa Timur, dan Busyaiyah Sahrel Abdul Gafar yang berangkat dari embarkasi Batam. Sedangkan satu jamaah lagi belum teridentifikasi karena tidak membawa identitas seperti gelang yang berisi informasi nama, nomor kloter, dan embarkasi.

"Kami terus memantau perkembangan jamaah yang menjadi korban," katanya.

Namun untuk korban cedera, Lukman mengatakan datanya sangat dinamis, sudah ada yang kembali ke kloter dan ada pula yang dirawat. Sebagian besar jamaah yang meninggal pada peristiwa tersebut adalah orang tua berusia di atas 60 tahun dan perempuan, terutama dari wilayah Arab dan Afrika, termasuk Mesir.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement