REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ratna Puspita dari Tanah Suci
MAKKAH -- Rangkaian ibadah haji segera berakhir. Jamaah yang akan melakukan nafar awal akan mengakhiri amalan melontar jumrah pada Sabtu (26/9). Prosesi melontar jumrah pada Jumat (25/9) berjalan lancar.
Ribuan jamaah dari seluruh dunia berjalan kaki menuju Jamarat, baik dari tenda-tenda di Mina maupun dari pemondokan di wilayah Syisyah Jumat siang atau setelah waktu Zuhur. Mereka hendak melontar jumrah ula, wusta, dan aqabah, yang merupakan amalan pada 11 Zulhijjah.
Jamaah yang melakukan lontar jumrah pada Jumat siang didominasi dari Asia Selatan seperti Pakistan dan India, dan Turki. Ada juga jamaah yang berasal dari Tajikistan dan sebagian kecil dari Indonesia.
Jamaah yang tergabung dalam Kelompok terbang (Kloter) BPN 07 Embarkasi Balikpapan, Angmi Sugiarsih (49 tahun) mengatakan tidak sengaja memilih waktu melontar pada siang hari atau sesuai waktu utama melontar pada 11 Zulhijjah. "Karena tadi dari pemondokan setelah Zuhur," ujar dia.
Angmi berangkat dari pemondokan 508 di Syisyah Raudhah berjarak sekitar tiga kilometer dari Jamarat bersama suaminya, Agus Subagyo (54), dan dua temannya. "Kami baru beristirahat setelah melakukan tawaf ifadhah dan sa'i tadi shubuh," kata dia.
Agus menjelaskan, dia, Angmi, dan dua temannya berangkat ke Masjidil Haram Jumat pukul 02.00 waktu Arab Saudi untuk menuntaskan rukun haji. Keempatnya berjalan kaki dari tenda di Maktab 31 Mina ke Masjidil Haram.
Maktab 31 Mina berjarak sekitar lima kilometer dari Jamarat. Sedangkan jarak dari Jamarat ke Masjidil Haram sejauh enam kilometer. Dengan demikian, keempatnya berjalan kaki 11 kilometer. "Makanya kami berangkat pagi sekali. Di Masjidil Haram sampai shubuh," kata Agus.
Usai menuntaskan rukun haji, yaitu tawaf ifadhah dan sa'i, keempatnya berjalan kaki ke pemondokan di Syisyah Raudhah. "Tadinya kami mau naik taksi, tapi ternyata mahal sekali, 200 riyal. Sayang duitnya," kata Angmi.
Angmi tidak khawatir kalau terjadi kepadatan di Jamarat karena waktu yang dia pilih bertepatan dengan keutamaan melontar jumrah ula, wusta, dan aqabah.
Dia juga enggan memaksakan diri menuju Jamarat. "Bismillah saja. Kami juga jalan pelan-pelan, bawa minum," ujar dia sembari menunjukkan botol minum yang digantung di lehernya.
Sementara itu, banyak perusahaan berderma dengan memberikan minuman kemasan kepada jamaah yang hendak menuju Jamarat. Mereka menggunakan truk peti kemas. Minuman yang dibagikan mulai dari air mineral, susu, dan jus kemasan.
Pelaksana Ibadah dari Tim Bimbingan Ibadah Daerah Kerja Makkah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Profesor Aswadi, mengatakan kondisi jamarat pada siang hari lebih ramai dibandingkan pada pagi hari. "Kalau pagi sangat sepi, nyaris tidak ada orang," ujar dia.
Aswadi sempat mendampingi 11 jamaah yang tersesat untuk melakukan lontar jumrah pada Jumat pagi. Mereka melontar jumrah di lantai 2 Jamarat. "Mereka semangat ketika melontar dan tidak menyangka kalau bakal lengang," kata dia.