REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Jumlah jamaah yang wafat di anah suci pada penyelenggaraan haji tahun ini mencapai 597 orang. Jumlah wafat terbanyak terjadi di luar sarana kesehatan, yaitu sebanyak 206 orang.
Penghubung kesehatan Daerah Kerja Makkah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi dr Ramon Andrias mengatakan sebanyak 176 jamaah meninggal di pemondokan. "Di luar sarana kesehatan lainnya seperti perjalanan, pesawat, dan masjid," katanya pada Sabtu (17/10) malam.
Banyaknya jamaah yang meninggal di luar sarana kesehatan akan menjadi bahan evaluasi pelayanan kesehatan pada penyelenggaraan haji tahun ini. "Biasanya, mereka yang meninggal di luar sarana kesehatan sudah dilengkapi dengan laporan kasus untuk memudahkan evaluasi," ujar Ramon.
Jumlah jamaah yang wafat di tanah suci itu dipastikan meningkat dibandingkan data tiga tahun terakhir. Jamaah haji yang wafat pada 2014 sebanyak 297 orang, pada 2013 sebanyak 236 orang, dan pada 2012 sebanyak 428 orang.
Kepala Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi dr Mawari Edy mengatakan ada tiga penyebab peningkatan, yaitu peristiwa mobile crane di Masjidil Haram, tragedi di Jalan 204, dan panas yang sangat tinggi. Suhu panas menjadi penyebab tingginya kematian pada prosesi Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
Jumlah jamaah yang wafat akibat dua musibah pada penyelenggaraan tahun ini mencapai 136 orang. Sementara itu, Data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) mencatat jumlah jamaah wafat di Arafah dan Mina mencapai 90 orang. Dengan perincian, jamaah yang meninggal di Arafah sebanyak 28 orang dan 62 orang di Mina.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan, suhu yang panas berdampak pada kondisi jamaah yang lanjut usia. Apalagi, jumlah jamaah lanjut usia yang mengidap penyakit sejak di Tanah Air mendominasi pada penyelenggaraan haji tahun ini.
"Jamaah haji lansia yang mengidap penyakit memiliki risiko tinggi terhadap suhu yang panas. Mereka bertumbangan atau penyakitnya semakin berat," kata Lukman.
Lukman mengatakan, ada dua hal yang perlu dicermati pada penyelenggaraan haji tahun depan dengan tingginya angka kematian tahun ini. Pertama, seleksi lebih ketat kondisi kesehatan jamaah indonesia.
Menurut Lukman, perlu ada perluasan konsep istita'ah atau kemampuan beribadah haji. Kemampuan berhaji tidak hanya dilihat dari kemampuan material, namun juga kesehatan. Kemampuan kesehatan ini menjadi ukuran seorang jamaah haji dapat diberangkatkan ke tanah suci atau harus ditunda.
Secara pribadi, Lukman mendorong adanya batasan yang ketat terkait kemampuan kesehatan. Ketika jamaah memiliki risiko tinggi sejak di tanah air maka keberangkatannya ke Saudi harus ditunda pada penyelenggaraan haji berikutnya.