REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Raudlah adalah tempat yang banyak diburu para calon jamaah haji yang berziarah ke Madinah. Sebagaimana disebutkan dalam hadis, "Antara rumahku dan mimbarku ada satu Raudhah (taman) diantara taman-taman surga."
Namun, areanya yang sempit tidak sebanding dengan mereka yang ingin masuk Raudlah. Untuk mengatasi hal tersebut, petugas telah membuat peraturan bagi para jamaah yang ingin masuk, yakni dengan mengantri.
Untuk jamaah perempuan yang ingin masuk ke Raudhah, biasanya akan dibagi-bagi menurut asal negaranya. Misal, grup Arab, Iran, Pakistan, Turki, atau Melayu. Berikut ini tips aman bagi calon jamaah haji perempuan yang ingin masuk ke Raudlah, seperti dikutip dari buku Panduan Haji untuk Perempuan:
Pertama, perlu diingat, membawa bekal makanan ke dalam masjid adalah dilarang. Makanan akan disita askar yang berjaga di pintu masuk setelah shalat Subuh. Sebaiknya menyempatkan diri untuk sarapan sebentar di sekitar Hafeawi.
Kemudian, kembali mengantri untuk menunggu giliran masuk ke Raudlah. Sibukkanlah diri dengan mengaji, berzikir, atau membaca shalawat ketika menunggu, dari pada berbincang tak tentu ujung pangkalnya dengan anggota rombongan yang lain.
Kedua, yang tak kalah penting, perkirakan dengan tepat waktu kunjungan ke Raudlah. Termasuk, waktu untuk mengantri apabila ada jadwal lain. Seperti kejadian seorang jamaah yang tergesa-gesa ingin berziarah ke Masjid Nabawi dan mengantre masuk ke Raudhah, namun tak lama lagi ia akan pulang ke Tanah Air. Akhirnya ia terpaksa menyalip antrian. Tentu hal ini akan menimbulkan rasa kurang nyaman bagi mereka yang telah lama menunggu.
Ketiga, untuk menghindari kehilangan sandal, selalu ingat baik-baik nomor rak sandal. Sebaiknya menggunakan sepatu atau sandal yang modelnya sangat biasa, sejauh fungsinya memadai, tidak ada masalah. Sebab, jamaah sering kehilangan sandal. Di sekitar Masjid Nabawi banyak sekali toko dan penjual kaki lima yang menjual sandal jepit.
Keempat, membuat janji atau kesepakatan pulang bersama. Apabila pulang bersama rombongan atau dengan suami atau istri, buatlah perjanjian atau kesepakatan titik kumpul. Biasanya, kaum laki-Iaki akan menunggu di pelataran masjid, sementara untuk perempuan akan menunggu di depan pintu keluar.
Kelima, perkirakan waktu shalat. Sama dengan di Masjidil Haram, beribadah di Masjid Nabawi perlu strategi tersendiri, terutama untuk mendapatkan tempat yang strategis. Meski jarak antara Masjid Nabawi dan hotel atau penginapan relatif lebih dekat, lebih baik datang di awal waktu.
Datanglah minimal setengah sampai satu jam sebelum waktu shalat. Apabila tiba di masjid pada waktu adzan berkumandang, siap-siap saja mengalami sejumlah kesulitan mencari tempat shalat di pelataran masjid.