REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepolisian Republik Indonesia menduga kuota terbatas dan daftar antrian haji menjadi motivasi 177 WNI yang tertahan di Filipina untuk berangkat haji dengan kuota milik negara lain. Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Brigjen Agus Andrianto mengatakan pengakuan dari korban penggunaan kuota Filipina bukanlah hal baru.
Bahkan cerita dari salah satu saksi mengatakan bahwa sudah pernah ada WNI yang lolos berangkat haji menggunakan paspor Filipina. "Jadi menurut mereka ini bukan kejadian baru, buktinya beberapa warga yang memang ada berhasil melalui Filipina. Itulah yang mungkin dari mulut ke mulut tersebar," ujar Agus di Jakarta, Senin (29/8).
Agus menuturkan, termotivasi dari yang lolos tersebut akhirnya tidak sedikit calhaj yang juga ingin mengikuti jejak mereka menggunakan jalur Filipina. Sehingga setiap tahun peminatnya meningkat. "Apalagi kalau sudah berhasil lolos sekali, makin hari makin mau lagi dia, apalagi bisa loloskan banyak orang," terangnya.
Belum lagi sambung Agus para calhaj ini mendengar di Filipina haji dapat berangkat dengan cepat. Sehingga semakin mengiurkan niat mereka melaksanakan rukun Islam ke lima ini. "Jadi mereka selama ini mendengar ada haji yang bisa cepat, padahal kan kalau nunggu minimal 10 tahun pakai daftar tunggu. Namanya ibadah pasti ada yang tertarik," ujar Agus.
Saat ditanyakan apakah para korban tahu bahwa mereka menggunakan paspor Filipina meredupkan tindakan yang melanggar, menurut Agus mereka tentu saja tidak tahu. "Namanya orang kampung dan urusannya ibadah. Saya yakin engga ada niat sedikitpun dari mereka untuk berganti kewarganegaraan. Semua itu konspirasi dari jaringan ini," jelasnya.
Sedangkan untuk mendapatkan paspor Filipina kata dia yakni para jamaah harus berangkat dua kali. Pertama untuk mengurus paspor kemudian balik lagi ke Indonesia dan saat jadwal keberangkatan tiba maka berangkat lagi.
"Mereka dua kali berangkat ke Filipina, saat mengurus paspor dan saat menjelang berangkat ke Arab mereka ke Filipina lagi. Mereka ambil paspor yang udah jadi dan visa yang udah keluar juga. Makanya, mereka kan ketahuannya di imigrasi pas mau berangkat," jelas Agus.