Selasa 13 Sep 2016 16:10 WIB

Penasaran Ingin Lempar Jumrah, Banyak Jamaah Tumbang

Rep: Didi Purwadi/ Red: Agus Yulianto
Jamaah haji melempar jumrah di Jamarat, Senin (12/9) (Fazry Ismail/EPA)
Foto: FAZRY ISMAIL/EPA
Jamaah haji melempar jumrah di Jamarat, Senin (12/9) (Fazry Ismail/EPA)

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Banyak jamaah haji Indonesia yang berjatuhan akibat kelelahan atau mengalami keram usai melakukan lempar jumrah aqabah pada Senin (12/9). Kasatops Armina, Jaetul Muchlis mengatakan, hal tersebut lebih karena faktor penasaran jamaah dalam melempar jumrah.

"Sesuai prediksi kita, hari pertama lempar jumrah memang rawan. Banyak jamaah yang ingin mencoba melempar jumrah karena mungkin pengalaman sekali seumur hidup," kata Jaetul, di Syisyah, Makkah, Selasa (13/9).

Jaetul mengatakan, rasa ingin tahu jamaah dalam melempar jumrah itu memang sesuatu yang bisa dimaklumi. Tapi, persoalannya adalah kondisi stamina jamaah belum sepenuhnya pulih.

Setelah melakukan prosesi wukuf di Arafah pada Ahad (11/9), jamaah selepas maghrib langsung menuju Muzdalifah untuk mabit sekaligus mencari kerikil untuk lempar jumrah. Pada tengah malam atau Senin (12/9) dinihari, jamaah yang belum sempat istirahat itu langsung bergerak ke Mina.

Pada Senin (12/9) pukul 07.00 waktu Saudi, seluruh jamaah sudah berada di Mina. Beberapa jamaah yang masih dalam kondisi kelelahan tetap memilih langsung meneruskan prosesi ibadah haji dengan melempar jumrah pada siang harinya.

"Mereka penasaran ingin mencoba melontar jumrah. Tapi sayangnya, mereka mencobanya di hari pertama ketika puncak kepadatan terjadi. Mereka melempar pada siang hari pasca melakukan prosesi Arafah-Muzdalifah yang melelahkan. Jadi kondisi fisik sudah menurun, di situlah mereka banyak yang tumbang," ujarnya.

Jaetul mengatakan, jamaah yang bertumbangan itu rata-rata jamaah risti. Dalam pantauan Republika pada hari pertama lempar jumrah, ada sekitar sepuluh jamaah yang keletihan dan terpaksa duduk di sepanjang jalan Terowongan Muaisim. Banyak juga jamaah yang mengalami keram kaki sehingga harus duduk istirahat sebelum melanjutkan jalan dengan kondisi kaki terseok-seok.

Dikatakan Jaetul, jamaah risti sebaiknya tidak melakukan lempar jumrah pada Selasa (13/9) ini. Selain karena sudah hilang rasa penasarannya untuk melempar jumrah, kondisi jamaah risti juga menjadi pertimbangan.

"Jamaah risti sebaiknya istirahat di tenda, biarkan teman-teman di rombongannya yang mewakili melontar jumrah. Jangan jemput risiko sekecil apa pun bagi mereka," katanya.

Jaetul pun memprediksikan eskalasi kepadatan jamaah sudah menurun pada Selasa (13/9). Karena, beberapa jamaah risti kemungkinan memilih tetap berada di tenda setelah sudah merasakan perjuangannya menuju Jamarat pada Senin (12/9)

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement