Sabtu 24 Sep 2016 13:08 WIB

Layanan Katering Haji Berakhir Lima Hari Lagi

Rep: Didi Purwadi/ Red: Andi Nur Aminah
 Sejumlah petugas dari salah satu perusahaan katering yang memasok makanan bagi jamaah haji Indonesia di Arafah, Sabtu (10/9), mengemas makanan di dapur umum pada perkemahan maktab. (Republika/Amin Madani)
Foto: Republika/ Amin Madani
Sejumlah petugas dari salah satu perusahaan katering yang memasok makanan bagi jamaah haji Indonesia di Arafah, Sabtu (10/9), mengemas makanan di dapur umum pada perkemahan maktab. (Republika/Amin Madani)

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Jamaah haji Indonesia selama berada di Makkah akan mendapatkan layanan katering sebanyak dua kali makan (makan pagi dan makan malam) selama 12 hari. Layanan katering di Makkah ini akan berakhir pada 29 September atau lima hari lagi.

"Tanggal 28 September masih ada makan pagi dan makan malam," Kata Kasi Katering Daker Makkah, Evy Nuryana Rifai, di Syisyah, Makkah, Jumat (23/9).

Namun mulai 29 September, dia mengatakan layanan katering sudah tidak ada lagi. "Kita tinggal menyelesaikan tanda terima untuk direkonsiliasi dari 23 perusahaan katering agar jumlahnya yang didistribusikan sesuai dengan data kita," ujarnya.

Evy mengatakan beberapa jamaah sudah ada yang mendapatkan penuh layanan katering 2x12 hari. Jumlahnya sebanyak 302 kloter dengan jumlah box yang dikeluarkan sekitar 3,6 juta box lebih.

Ada juga beberapa jamaah yang belum penuh mendapatkan layanan kateringan selama 12 hari. Tapi, rata-rata jamaah sudah merasakan layanan katering selama tujuh hari. "Rata-rata paling sedikit sudah merasakan layanan katering selama tujuh hari, tinggal lima hari terakhir saja," katanya.

 

Evy mengatakan layanan katering di Makkah secara umum berjalan lancar. Beberapa katering yang mengalami keterlambatan distribusi pada masa pra-Armina (Arafah-Muzdalifah-Mina), tidak lagi telat pasca-Armina. Praktis tidak ada keterlambatan dalam distribusi katering usai jamaah menjalankan puncak haji.

Menurut dia, tidak ada lagi keluhan dari jamaah soal makanan basi. Pasca-Armina, jamaah sudah menyelesaikan prosesi ibadah haji sehingga tidak terlalu sering pergi ke Masjidil Haram. Hal tersebut membuat jamaah langsung memakan makanan ketika makanan tersebut tiba di pemondokan jamaah.

Ini berbeda dengan kondisi gelombang pertama atau pra-Armina. Jamaah saat itu mengambil makanannya tapi tidak langsung dimakan karena memburu waktu ingin ke Masjidil Haram. Ini yang kemudian berpengaruh pada kelayakan makanan karena batas akhir kedaluwarsa makanan hanya dua jam setelah diterima.

"Kasus makanan basi turun. Saya perhatikan begitu sampai langsung dimakan. Dibandingkan dengan gelombang satu di mana mereka lebih gencar ke Masjidil Haram,’’ katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement