Ahad 25 Sep 2016 15:37 WIB

Permintaan Riyal di Musim Haji Melonjak

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Calon jamaah haji kloter 28 asal Cilegon, Banten membeli uang Riyal di konter resmi penjualan Riyal Bank Syariah Mandiri (BSM) di Asramah Haji Pondok Gede Jakarta Timur, Jumat (26/8).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Calon jamaah haji kloter 28 asal Cilegon, Banten membeli uang Riyal di konter resmi penjualan Riyal Bank Syariah Mandiri (BSM) di Asramah Haji Pondok Gede Jakarta Timur, Jumat (26/8).

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Selama empat bulan terakhir saat musim haji, permintaan penukaran mata uang rupiah unutk riyal mengalami peningkatan. Namun nilai tukar mengalami penurunan dari 452,61 menjadi 347,96 rupiah setiap 100 riyal.

Dilansir dari Arabnews, Ahad (25/9) penurunan nilai tukar ini dinilai positif wisatawan tetapi sebaliknya tidak untuk kantor penukaran mata uang, apalagi saat jamaah haji membawa banyak uang untuk ditukar. Pakar mata uang Abdullah al Sayrafi mengatakan permintaan penukaran rupiah Indonesia ke riyal berlangsung terus menerus sejak empat bulan terakhir, perdagangan mata uang rupiah memang paling tinggi setelah dolar dan euro.

Ini karena banyak pedagang yang ingin segera menjual rupiah segera setelah melakukan penjualan sehingga nilai terus menurun dan rugi lebih banyak. Pakar lain, Khaled al Amoudi mengatakan pendapatan harian kantor penukaran mata uang bervariasi antara satu juta riyal hingga dua juta riyal selama musim haji.

Meskipun permintaan tinggi untuk penukaran rupiah bagi jamaah haji dan wisatawan Saudi, tetapi nilai tukar mengalami penurunan sejak 2016. Jamah haji Indonesaia datang dengan mata uang negara mereka karena pajak yang tinggi terhadap dollar di Indonesia.

Permintaan penukaran rupiah dianggap tinggi di Saudi diikuti oleh ringgit Malaysia, Pound Mesir, dirham Maroko, lira Turki dan dirham Emirat. Sementara itu permintaan euro dan dolar tetap sepanjang tahun. di Jeddah nilai tuker berbeda setiap daerah, banyak jamaah memiliki menukar mata uangnya di al Khaskiya, al Nada dan jalan Qabil karena margin yang lebih sedikit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement