REPUBLIKA.CO.ID, Abu Bakar ash- Shiddiq bertemu nasabnya dengan Nabi Muhammad SAW pada kakeknya, Murrah nin Ka’ab bin Lu’ai. Ibunya adalah Ummu al-Khair binti Shakhr bin Kaab bin Sa’ad bin Taim.
Abu Bakar sendiri dijuluki ’Atiq kerena wajahnya yang tampan dan gagah. Beliau juga diberi gelar ash- Shiddiq karena beliau selalu membenarkan apa yang diberitakan Rasulullah SAW. Abu Bakar ash- Shiddiq adalah lelaki dewasa yang pertama kali memeluk Islam dan membawa banyak manfaat besar terhadap Islam dan kaum Muslimin.
Beliau banyak menginfakkan hartanya di jalan Allah dan banyak memerdekakan budak-budak yang disiksa karena keislamannya, seperti Bilal. Beliau selalu mengiringi keberadaan Rasulullah, bahkan dirinyalah yang mengiringi beliau ketika hijrah dari Makkah hingga ke kota Madinnah. Di samping itu beliau juga mengikuti seluruh peperangan yang diikuti Rasulullah, baik Perang Badar, Uhud, Khandaq, Fath Mekkah, Hunain, maupun Tabuk.
Abu Bakar ash- Shiddiq amirul haj pertama yang ditunjuk Rasulullah SAW pada tahun 9 Hijriah. Namun ketika itu, Abu Bakar sedang menjadi khalifah dan Rasulullah akhirnya meminta Umar Bin Khatab untuk menjadi amirul haj.
Pada tahun berikutnya setelah Rasulullah wafat, Abu Bakar baru dapat menunaikan ibadah haji dan menjadi amirulhaj.
Beliau beserta rombongan memasuki kota Mekkah sekitar waktu Dhuha. Abu Bakar menggunakan kesempatan itu untuk langsung menziarahi orang tuanya yang memang tinggal di kota Makkah.
Sesampainya di rumah orang tuanya, Abu Bakar langsung memeluk ayahnya yang sedang berada di teras rumah, lalu mengecup keningnya. Ayahnya, Abu Quhafah menangis bahagia dengan kedatangan putranya, sudah lama mereka tidak berjumpa.
Selain kunjungan untuk ibadah haji, sebagai amirul mukminin, Abu Bakar juga menggunakan kesempatan itu untuk mengetahui hal-ikhwal kaum Muslimin di kawasan Makkah dan sekitarnya. Beliau bertanya kepada penduduk Mekkah, “Adakah yang akan mengadukan kepadaku suatu kezaliman yang kalian alami?”.
Rupanya tidak ada perlakuan zalim yang terjadi di bawah kepemimpinannya, meskipun epanjang musim haji itu, beliau selalu mengulang-ulang pertanyaan tersebut. Bahkan semua orang malah menyanjung kepemimpinan, kepedulian, dan kebijakan beliau terhadap umat.
Abu Bakar meninggal dunia pada malam selasa, antara waktu maghrib dan isya pada 8 Jumadilawal 13 H dalam usia 63 tahun. Beliau berwasiat agar jenazahnya dimandikan oleh istrinya, Asma’ binti Umais. Beliau dimakamkan disamping makam Rasulullah. Shalat jenazahnya diimami Umar bin al-Khatab di Raudhah. Sedangkan yang turun langsung ke liang lahad adalah putranya, Abdurrahman bin Abi Bakar, Umar, Utsman, dan Thalhah.
Sumber: 198 Kisah Haji Wali-Wali Allah ciptaan Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny, Penerbit Kalil