Selasa 22 Nov 2016 14:28 WIB

Tambalan Baju Amirul Mukminin

Rep: mgrol84/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Pakaian Ihram
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Pakaian Ihram

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umar bin Al-Khattab bin Nafil bin Abdul Uzza termasuk salah seorang sahabat Nabi yang utama, sekaligus Khalifah Rasyidin yang kedua. Selama pemerintahannya, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Dua negara adidaya, Persia dan Romawi, tunduk di bawah kekhalifahan Umar.

Pada tahun pertama kekhalifahannya, Umar bin al-Khatab mengutus Abdurrahman bin Auf untuk menjadi amirulhaj. Setealah sepuluh tahun menjadi khalifah, barulah Umar memimpin jamaah haji kaum muslim sendiri. Kemudia menjelang akhir hayatnya, Umar berangkat haji lahi sambil membawa ahli keluarga Rasulullah saw.

Walaupun ketika itu kekuasaannya telah merambah hingga dua pertiga dunia, Umar adalah pemimpin yang selalu bersahaja. Jubah Umar terbuat dari kulit dengan banyak tambalannya. Itulah kesehariannya, termasuk ketika Umar menunaikan ibadah hajinya, Umar senantiasa penuh kesederhanaan dan benar-benar berhias dengan ketakwaan.

Anas bin Malik menceritakan keadaan pemimpin yang sangat dihormati oleh kawan dan lawan itu: “Di antara kedua bahu baju Umar terdapat empat buah tambalan, dan di antaranya ada yang ditambalkan dengan kulit. Umar pernah berkhotbah di atas mimbar dengan mengenakan kain yang memiliki dua belas tambalan. Begitu menjaga kesederhannya, sehingga ketika menunaikan ibadah haji, Umar hanya menghabiskan sebanyak 16 dinar. Itu pun Umar masih mengatakan kepada anaknya: Kita ini terlalu boros dan berlebihan.”

Ibadah haji pada musim panas yang sangat terik tidak menjadikan Umar bermanja-manja untuk bernaung di bawah tenda. Umar hanya meletakkan secarik kainnya yang sudah usanh di atas pohon, kemudian bernaung di bawah pohon dan menyibukkan diri dengan menangis memohon ampun kepada Allah SWT. Umar tidak memiliki kemah atau tenda, apalgi segala fasilitas khusus bagi seorang amirul mukminin. Padahal kekayaan timur dan barat ada di bawah telapak kakinya.

Sumber: Buku 198 Kisah Haji Wali-Wali Allah, ciptaan Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny, Penerbit Kalil Imprint PT Gramedia Pustaka Utama

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement