Rabu 25 Jan 2017 17:00 WIB

‎Tanggalkan Status Sosial Lewat Proses lhram

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Agus Yulianto
Ilustrasi Pakaian Ihram
Foto: Antara/Prasetyo Utomo
Ilustrasi Pakaian Ihram

IHRAM.CO.ID,  Bagi yang sudah menunaikan haji, pasti tidak asing dengan pakaian ihram. Pakaian ini dipakai para jamaah haji saat berada di miqat. Miqat (bahasa Arab: ميقات) adalah batas bagi dimulainya ibadah haji (batas-batas yang telah ditetapkan). Apabila melintasi miqat, seseorang yang ingin mengerjakan haji perlu mengenakan kain ihram dan memasang niat. Miqat digunakan dalam melaksanakan ibadah haji dan umrah.

Pakaian berwarna putih ini melebur semua atrlbut-atribut duniawi yang para jamaah bawa dari rumah masing-masing. Sejak di miqat dan berihram, tidak ada lagi sekat-sekat ang menghalangi hubungan interpersonal.

"Mereka adalah jamaah besar kaum Muslimin. Lebih khusus lagi mereka adalah hamba-hamba Allah yang tidak bisa melaksanakan keinginan mereka sendiri. Mereka harus menuruti apa yang Allah perintahkan, yakni dengan mengikuti muthawif, pembimbing haji mereka," ujar Direktur Halimun Medical Center (HMC) dr Briliantono M Soenarwo (SpOT) dalam bukunya berjudul 'Sehat Tanpa Obat'.

Dia menyebut, sejak berihram, hawa nafsu dibelenggu, dipenjara jauh di dasar hati. Semua kejadian yang jamaah alami, yang menyenangkan mereka syukuri, dan yang tidak menyenangkan mereka anggap sebagai ujian.

"Jari telunjuk yang biasa menuding-nuuding, mata yang biasa melotot bila sedang kesal, urat leher yang biasa mengejang ketika sedang emosi, mulut yang bagai moncong senapan mesin bila sedang marah, hati yang selalu dipenuhi prasangka buruk dan lain-lain, semua dikendalikan dengan ketat oleh ihram," kata dia.

Pakaian ihram yang mereka kenakan, seolah-olah itulah satu-satunya materi yang akan mereka bawa pulang kembali kehadapan Allah SWT. Selebihnya, mereka hanya membawa catatan amal perbuatan masing-masing.

Mereka tidak perlu repot-repot mencatat sendiri apa yang telah mereka Iakukan selama hidup di dunia. Sebab, Allah SWT telah menyediakan petugas pencatat amal bagi mereka. Buku catatan amal itu juga tidak perlu dibawa-bawa, karena mereka nanti akan menerimanya di akhlrat.

Dr Tony menyebut, ketika memakai ihram, maka tidak ada lagi 'aku'. Yang ada hanyalah ‘kaml‘, hamba-hamba Allah SWT yang sangat tergantung kepada-Nya. "Tidak peduli apapun pangkat, status sosial, jenis kelamin, warna kulit atau asal negara mereka. Si kaya atau si miskin, laki-laki atau perempuan, terpelajar atau buta huruf, pembantu, atau atasan, semua diperlakukan sama. Allah tidak memandang itu semua, karena sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di (sisi) Allah adalah orang yang paling bertaqwa," ujarnya.

Selama ini, pakaian membedakan status sosial masyarakat yang  menyebabkan hubungan antarmanusia menjadi kaku dan penuh basa-basi. Namun ketika sampai di miqat, semua itu harus ditanggalkan, berganti dengan pakaian ihram.

Dengan ihram, manusia melebur dan bersatu mengikuti 'jamaah' yang lebih besar yakni alam semesta. Karena alam semesta adalah jamaah yang senantiasa bertasbih kepada Allah SWT. Bergerak 'mendekati' Allah SWT.

"Jadi, saksikanlah. Betapa kecil diri kita ketika berbalut ihram, karena kita hanyalah partikel terkecil yang tak berarti dari seluruh jamaah alam semesta yang sedang memuji Allah," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement