IHRAM.CO.ID, Oleh: Wartawan Republika, Ani Nursalikah
Begitu melangkahkan kaki keluar dari Bandara King Abdulaziz, Jeddah, udara panas langsung terasa menerpa wajah. Panas dan kering. Angin juga berembus cukup kencang.
Saya bersama rombongan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) tiba di Jeddah pada 25 Juli 2017. Para petugas ini tergabung dalam Daker Madinah dan Bandara.
Saat berada di Tanah Air, kami memang telah diperingatkan akan ekstremnya suhu di Arab Saudi. Negeri padang pasir ini tengah berada di puncak musim panas saat musim haji tiba tahun ini. Suhu udara sangat tinggi, berkisar 43 hingga 50 derajat Celsius.
Temperatur udara tinggi seperti itu akan terus bertahan diperkirakan hingga September. Mulai Oktober, suhu akan menurun dan mulai dingin.
Kacamata hitam, topi, botol semprotan air dan masker menjadi senjata andalan mengatasi udara yang sangat panas. Apalagi saya dan teman-teman wartawan lain (Media Center Haji) di Madinah kerap bertugas di luar ruang.
Tidak lupa pula krim tabir surya ber-SPF tinggi untuk melindungi diri dari sengatan mentari yang menyengat. Entah berapa kali kami menyemprot wajah kami dengan air berharap dapat mengusir hawa panas yang terasa. Hanya bertahan beberapa detik saja kesegaran itu terasa. Air segera menguap begitu disemprot ke wajah.
"Bro, bagi semprotan air dong," ucap seorang rekan kepada teman lain.
Tim MCH di Madinah terdiri atas tiga orang perempuan dan delapan laki-laki. Nyatanya, bukan hanya perempuan yang membawa tabir surya. Rekan wartawan laki-laki juga membekali diri dengan tabir surya di tas masing-masing.
Kelembaban udara sangat kering. Memakai masker kain yang dibasahi air sangat membantu mengatasi udara kering. Keringnya udara yang dihirup bisa melukai hidung.
Pembuluh darah pecah dan terdapat bercak darah. Pengalaman itu saya rasakan sendiri.
Sebagai petugas, menjaga kesehatan diri menjadi kewajiban. Kami diwanti-wanti jangan sampai petugas yang sedianya membantu jamaah justru jatuh sakit. Karena itu harus mengonsumsi vitamin setiap hari.
Dua saku di kanan dan kiri tas saya selalu terisi dengan botol air. Dalam cuaca sepanas ini, haram melupakan minum air karena dehidrasi mudah sekali terjadi. Minum segelas air wajib dilakukan satu jam sekali, bahkan tanpa menunggu haus. Haus itu pun sudah menjadi tanda kita dehidrasi.
Suara angin berdengung di mobil yang mengantar kami. Suara kencang itu menandakan pendingin udara telah dipasang di level high. Namun, tak ada sejuk yang terasa. Tak ayal, angin panas membekap kami di dalam mobil.
Keringat pun mengucur. Pasrah. Tak ada yang bisa kami lakukan di dalam mobil selain menikmatinya.