IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Duduk di kursi roda tidak menghambat Niang Mian Basirin pergi menunaikan rukun Islam kelima. Dengan seluruh niat, pria 70 tahun itu berangkat ke Tanah Suci. Dia pergi bersama empat anggota keluarga lainnya.
"Saya pergi bersama dua orang anak, satu orang istri dan satu menantu," kata Niang Mian Basirin saat menunggu angkutan menuju kamar asrama embarkasi haji Pondok Gede di Jakarta Timur, Selasa (1/8).
Bersama lima orang keluarga, Niang berangkat ke Makkah pada Rabu (2/8) besok. Mereka bersama jamaah lainnya masuk dalam keberangkatan kloter 11 yang berjumlah 393 orang dan berangkat dari Bandara Soekarno Hatta.
Pergi ke Tanah Suci bukan niatan baru bagi Niang dan keluarga. Jamaah asal Banten ini sudah lama ingin ke Makkah. Sayangnya, harga tanah yang terbilang murah dulu membuat Niang kesulitan untuk mendapatkan dana perjalanan ke tanah suci.
Niang dan keluarga baru mulai medaftar sebagai jamaah haji sejak 2010 lalu. Pria yang sehari-hari berdagang kebutuhan rumah tangga di tempat tinggalnya ini memupuk sedikit demi sedikit uang muka pendaftaran haji.
Melalui hasil jualan dari warung miliknya itu lah uang muka Rp 25 juta dapat terkumpul. Sementara untuk melunasi keseluruhan perjalanan makasik, ayah 10 anak ini terpaksa menjual tanahnya di kawasan Serpong, Tangerang Selatan.
Tak kurang dari 1.650 meter per segi tanah berpindah kepemilikan dari tangan Niang ke tangan orang lain. "Saya jual permeternya Rp 35 ribu yang penting kami semua berangkat," katanya.
Selama di tanah suci, Niang akan mendapatkan pengawalan dari kedua anaknya yang kini menginjak udia 50 dan 40 tahun. Ini merupakan kali pertama bagi Niang untuk menginjakan kaki di tanah kelahiran Nabi.
Untuk menunjang kesempurnaan haji, Niang bersama keluarga sempat mengikuti pelatihan manasik di daerah Parung Panjang. Kegiatan itu dia lakukan rutin satu kali dalam sepekan yang sempat dilaksanakan sekitar enam bulan sebelum Ramadhan tiba.
Adaptasi harus dilakukan Niam menyusul kondisinya yang sudah lagi tidak dapat menggunakan kedua kakinya dengan sempurna. Hal itu terjadi sejak dua tahun belakangan lantaran penyakit yang dia derita. Kendati, kondisinya itu tidak menyurutkan semangat Niang untuk melaksanakan ibadah haji.
"Pas latihan itu saya masih bisa berjalan, tapi saat berangkat ini karena penyakit sekarang sudah tidak bisa lagi," aku Niang.
Di usia yang tidak lagi muda, Niang berharap, perjalanan haji perdananya ini tidak mengalami hambatan. Dia selalu beroda perjalanan haji yang akan dia lakukan berjalan dengan lancar. Konfisi fisik juga akan terus dia jaga untuk memastikan kesuksesan perjalanan haji.
"Alhamdulilah selama ini saya masih sehat dan semoga akan terus seperti itu disana," katanya.
Sementara berdasarkan data yang didapat dari posko haji Embarkasi Asrama Pondok Gede, dalam satu hari selalu ada keberangkatan jamaah yang menggunakan kursi roda.Kepala Humas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta, Maarsakil Daulay mengatakan, biasanya minimal dua sampe tiga orang yang menggunakan kursi roda diberangkatkan dalam satu kloter.
Mereka, dia mengatakan, biasa berangkat ditemani seorang pendamping yang akan bertanggung jawab atas kelancaran haji jamaah yang didampingi. Dia mengungkapkan, biasanya mereka yang menggunakan kursi roda dan jamaah yang usia diatas 75 tahun akan numpuk di gelombang kedua yang berangkat sekitar 15 Agustus nanti.
"Tapi sejauh ini kami belum memberangkatkan jamaah difabel tahun ini," katanya.