Rabu 02 Aug 2017 08:46 WIB

Perwalian Ka'bah: Sejarah Profesi yang Diwarisi oleh Satu Keluarga

Penyerahan ‘Kunci Ka’bah’ dari Sheikh Abdul Qadir al-Shaibi dari Amir Makkah Pangeran Khalid al-Faisal.
Foto:
Upacara penyerahan kunci Ka'bah kepada Al-Saden Al-Shaikh Saleh bin Zine Al-Abidine Al-Shaib.

Seperti yang dikemukakan oleh Mohi Eddin al-Hashimi, pemeliharaan Ka'bah diwarisi oleh anak sulung dari setiap keluarga. Hal ini dilalui sampai dipindahkan ke Utsman Ibn Talha yang tinggal di masa nabi.

Seperti yang dilaporkan oleh Utsman Ibn Talha pada hari kemenangan Islam atas Makkah, utusan Allah memasuki Makkah pada tahun kedelapan Hijrah, dan ketika mereka memasuki Ka'bah mereka menemukannya dalam kondisi erkunci.

Mendapati hal itu mereka bertanya siapa yang menjaga kuncinya? Dan mereka menemukannya pada Utsman Ibn Talha. Meski begitu, dia r ini adalah orang yang tidak beriman sehingga setelah mengetahui tentang kedatangan nabi Muhammad dia mengunci pintu.

Maka saat nabi Muhammad  SAW memasuki Makkah, orang-orangnya menerima Islam, namun Utsman bersembunyi. Nabi Muhammad kemudian memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk mengambil kunci dari Utsman.

Ali pergi menemui Utsman, dan meminta kuncinya. Namun, Utsman tidak memberikannya kepadanya. Ali kemudian menyambar kuncinya darinya sehingga sang nabi dapat masuk ke Ka'bah. Mereka membuka pintu dan nabi memasuki Ka'bah dan berdoa serta melakukan shaat sunat dua rekaat.

Pada saat itu, Abbas Ibn Abd Al-Muththalib, paman nabi, ada di sana dan meminta agar kunci Ka’bah harus dijaga oleh sebuah keluarga. Pada saat yang bersamaan  Rasullah SAW mendapat sebuah ayat yang diwahyukan saat beliau di dalam Ka'bah itu.

Maka keluarga Sheba mendaaatan amanat sebagai penjaga Ka’bah., Dan mereka adalah penjaga karena Allah yang menginginkannya dengan mengungkapkan satu-satunya ayat Alquran yang diwahyukan di dalam Ka'bah di Masjid al-Haraam. "Sesungguhnya Allah menuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerima, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya menetapkannya dengan adil..." (4:58/An-Nisaa 58).

Segera setelah ayat itu diturunkan, Nabi Muhammad memerintahkan Ali untuk mengembalikan kunci ke Utsman Ibn Talhai. Ali kemudian pergi ke Uthman dan mengembalikan kunci itu dan mengajukan permintaan maaf atas kesalahan yang telah dia lakukan kepadanya dengan mengambil kunci secara paksa.

Tindakan Ali  ini mengejutkan Utsman, yang tidak percaya Ali mengembalikan kunci untuknya seperti yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW kala menaklukan Makkah. Ali menjelaskan kepadanya bahwa tindakan pengembalianitu sebuah ayat diturunkan Allah kepada Rasullah SAW.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement