IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Humas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) embarkasi Jakarta, Maarsakil Daulay mengatakan, setiap jamaah haji risiko tinggi (risti) tidak mendapatkan pendampingan dari petugas PPIH. Menurut dia, jamaah yang mendapat pendampingan khusus justru jamaah haji lansia di atas 75 tahun.
"Risti itu gak ada pendamping, yang ada pendamping khusus itu lansia yang 75 tahun ke atas," ujarnya saat dikonfirmasi Republika.co.id, Selasa (15/8).
Ia menjelaskan, kategori jamaah yang dikategorikan risti tersebut adalah jamaah yang usianya di atas 60 tahun ke atas. Menurut dia, jamaah Indonesia yang masuk dalam kategori ini ada sekitar 60 persen dari seluruh jumlah jamaah haji Indonesia.
Sementara, jamaah haji yang akan mendapatkan pendampingan khusus adalah jamaah yang sudah diberikan tanda gelang khusus oleh tim kesehatan dan rata-rata berusia di atas 75 tahun. Namun, ia tidak bisa merinci gelang warna apa saja yang dapat pendapingan khusus tersebut.
"Ada beberapa jenis gelang yang kita kasih, tapi itu kode untuk tim kesehatan. Ada merah, ada hijau, ada kuning. Itu untuk memudahkan pemantauannya kita kasih tanda," katanya.
Sebelumnya, diketahui sejumlah jamaah haji Indonesia yang menyandang status kesehatan risti tidak memiliki pendamping selama di tanah suci, baik untuk keperluan ibadah atau hidup sehari-hari. Salah satunya Nismah Lobe Boying. Jamaah asal Ratauprapat, Sumatera Utara ini, adalah jamaah haji risti yang menyandang penyakit diabetes akut dan hipertensi. Kesehatan matanya juga berkurang sejak dia melakukan operasi mata beberapa tahun lalu.
Selama berhaji dia tidak ditemani oleh sanak keluarga atau pendamping khusus. “Kami kebetulan satu kampung jadi kami yang tolong dia,” kata Mariani, salah seorang jamaah yang selama ini mendampingi Nismah saat diwawancara tim Republika.co.id di Tanah Suci.