Jumat 01 Sep 2017 07:07 WIB

Upaya Menjaga Kesehatan Jamaah Selama Ibadah Haji

Rep: Novita Intan/ Red: Winda Destiana Putri
Kendaraan yang membawa Jamaah haji melaju menuju Muzdalifah usai berwukuf di Arafah, Kamis (31/8) waktu setempat.
Foto: Mast Irham/EPA
Kendaraan yang membawa Jamaah haji melaju menuju Muzdalifah usai berwukuf di Arafah, Kamis (31/8) waktu setempat.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA - Tahun ini, Arab Saudi menyambut lebih dari dua juta jamaah haji dari seluruh dunia, yang melakukan perjalanan ibadah haji ke Makkah, sekaligus merupakan pertemuan tahunan umat Islam terbesar di dunia. Arab Saudi setiap tahunnya mempunyai tugas untuk menyambut tambahan jumlah 'penduduk' yang tiba-tiba dan jumlahnya lebih besar dari penduduk sebagian besar kota yang ada, serta memberikan layanan kesehatan dan medis terbaik bagi para jamaah haji yang melakukan perjalanan suci ini setiap tahun.

Hal tersebut tertuang dalam siaran pers dari Kementerian Budaya dan Informasi Arab Saudi (MOCI) yang diterima Republika.co.id di Jakarta, Kamis (31/8). Manajemen masalah kesehatan merupakan salah satu prioritas utama pemerintah Arab Saudi. Hal ini dilakukan pihak berwenang dengan terus memberikan informasi kepada jamaah melalui saluran komunikasi dalam berbagaibahasa mengenai tindakan pengendalian penyakit yang disediakan kepada para jamaah, melalui jaringan yang luas termasuk kedutaan, maskapai penerbangan, hotel, dan perusahaan-perusahaan penyelenggara perjalanan haji.

Haji merupakan satu dari lima rukun Islam. Pelaksanaan ibadah haji dilakukan secara berurutan sesuai dengan Rukun Haji dengan waktu dan lokasi yang berbeda, hal ini menambah kompleksitas pengelolaan pergerakan sejumlah besar jamaah yang harus dilakukan dalam waktu yang sangat singkat. Untuk memastikan pelaksanaan ibadah haji yang lancar dan aman, pemerintah Saudi setiap tahunnya memobilisasi sejumlah besar sumber daya manusia dan logistik.

Kementerian Kesehatan Arab Saudi juga telah menerbitkan persyaratan kesehatan bagi jamaah yang akan melakukan ibadah haji ke Makkah. Tahun ini, Kementerian Kesehatan Arab Saudi merekomendasikan agar para lansia (65 tahun ke atas), mereka yang memiliki penyakit kronis, defisiensi imun, penderita kanker, ibu hamil, dan anak di bawah 12 tahun disarankan untuk menunda rencana keberangkatan mereka. Selain itu, pihak berwenang setempat juga menghadapi tantangan besar dalam memastikan wabah penyakit menular dapat ditangani dengan cepat dan efisien.

Para jamaah haji diharuskan mendapatkan vaksinasi untuk penyakit tertentu sebelum berangkat karena pemerintah Arab Saudi hanya akan mengeluarkan visa haji untuk jamaah yang terbukti telah melakukan vaksinasi. Sepanjang tahun, kementerian dan departemen terkait di Saudi juga terus meninjau dan memperbarui manajemen tanggap darurat kesehatan dan krisis yang ada.

Departemen Kesehatan Arab Saudi memberikan tips informasi dan kesehatan secara teratur dalam berbagai bahasa dan merekomendasikan para jamaah haji untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum dan setelah kembali dari haji. Tahun ini, Kementerian Kesehatan Arab Saudi telah mendirikan lebih dari 15 pusat pencegahan dan pengendalian penyakit di titik-titik masuk utama. Pusat-pusat ini, yang beroperasi sepanjang waktu, dilengkapi dengan tim darurat dan obat-obatan. Lebih dari 25 ribu petugas kesehatan bertugas untuk melayani Jemaah haji, didukung oleh sekitar 300 ambulan, 30 ambulan sepeda motor, 8 ambulan udara dan 113 pusat ambulan.

Selain itu, lebih dari 2.000 personil Otoritas Bulan Sabit Merah Saudi telah ditempatkan di Makkah dan Madinah. Menurut Kementerian Kesehatan Saudi, sampai saat ini lebih dari 2.100 prosedur medis gratis telah dilakukan kepada para Jemaah haji yang membutuhkan.

Bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Arab Saudi juga telah membuat rencana kontingensi jika terjadi wabah Ebola dan MERS dengan membentuk unit karantina khusus. Arab Saudi juga telah memanfaatkan teknologi untuk memantau kesehatan dan keamanan jamaah haji secara efisien, dimana setiap jamaah menerima gelang identifikasi elektronik yang berisi informasi pribadi dan medis, memungkinkan pihak berwenang haji untuk mengidentifikasi individu dan memberikan perawatan yang diperlukan.

Gelang yang tahan air dan dapat diaktifkan melalui GPS ini dapat juga memberikan informasi mengenai waktu sholat dan membantu jamaah yang tidak mengerti bahsa Arab dalam pelaksanaan ibadah haji. Kini tersedia layanan monorel antara tempat-tempat pelaksanaan ibadah haji utama di Arafah, Muzdalifah dan Mina, yang telah mengurangi waktu perjalanan secara signifikan. Lintasan bertingkat juga telah dibangun untuk mengurangi penumpukan jamaah.

Di halaman Masjid Nabawi di Madinah, payung raksasa telah dipasang untuk melindungi para jamaah dari sinar matahari yang terik. Di area tempat berkumpul terbuka di sekitar mesjid, kubah-kubah yang dapat digeser dipasang dan dapat digerakkan di atas kerumunan Jemaah untuk melindungi mereka dari panas.

Pihak berwenang Saudi juga telah memutuskan bahwa jamaah haji dapat melakukan Lempar Jumrah kapan saja antara matahari terbit dan terbenam. Di masa lalu, banyak jamaah haji melakukan Lempar Jumrah di bawah terik matahari sore.

Dengan semua tantangan waktu dan lokasi pelaksanaan ibadah haji, ditambah dengan jumlah jamaah yang harus dilayani, Arab Saudi terus berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan terbaik setiap tahunnya, dan belajar dari pengalaman masa lalu untuk memperbaiki pelaksanaan haji tahun berikutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement