Senin 02 Oct 2017 13:41 WIB

Sejumlah Layanan Jamaah Jadi Catatan Daker Makkah

Kepala Daker Madinah Nasrullah Jasam memeriksa label identitas bus pengangkut jamaah haji dari Madinah yang akan menuju Makkah, Rabu (31/8).
Foto: Muhammad Amin Madani/Republika
Kepala Daker Madinah Nasrullah Jasam memeriksa label identitas bus pengangkut jamaah haji dari Madinah yang akan menuju Makkah, Rabu (31/8).

IHRAM.CO.ID,  MADINAH --Meski penyelenggaraan ibadah haji 1438 H berjalan aman dan sukses, tapi masih ada sejumlah catatan yang harus diperbaiki dalam penyelenggaraan musim haji tahun berikutnya. Salah satunya menyangkut sarana pemondokan.

"Masalah tetap ada, namun bisa diatasi dengan segera," kata Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Makkah Nasrullah Jasam, Senin (2/10) , seperti dilaporkan Wartawan Republika.co.id, Hj Ani Nursalikah, dari Madinah.  Hal itu, misalnya terkait hotel jamaah. Masih ada pemondokan yang listriknya justru mati saat masa puncak haji.

Nasrullah mengatakan, hal tersebut sering terjadi pada tahun-tahun sebelumnya karena beban daya yang memang sangat tinggi. "Kemarin waktu pengadaan sudah kami cek gensetnya, tapi seharusnya ketika sebelum kedatangan jamaah harus dicek kembali. Nah kemarin belum sempat dicek ulang," katanya, Ahad malam (1/10).

Permasalahan lain terkait layanan katering. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) menyediakan layanan katering kepada jamaah selama 12 hari plus Armina atau sekitar 1617 hari.

Sedangkan jamaah haji berada di Makkah selama 25 hari atau hampir satu bulan. Di luar jatah katering itu jamaah diminta membeli makanan sendiri. "Jamaah meminta layanan katering terus diberikan selama mereka di Makkah," ujar dia.

Dia mengatakan, catatan selama ini menunjukkan ada distribusi makanan jamaah yang terlambat dan lauk yang di bawah standar yang disepakati. Semua itu ada konsekuensinya dalam kontrak.

Nasrullah menjelaskan, masalahnya pada distribusi makanan saat mendekati atau pascapuncak haji karena sebagian jalan ditutup polisi. Selain itu, sulit mencari perusahaan katering yang berkompeten melayani.

Setelah tidak lagi mendapatkan katering, jamaah haji menyiasatinya dengan memasak di hotel. Padahal, jamaah telah dilarang memasak di dalam hotel.

Selama tidak mendapatkan makanan, jamaah beli ke toko atau warung. Imbasnya, mungkin dari sisi gizi dan kebersihan tidak standar. "Ini semua catatan bagi kami," kata dia.

Di layanan transportasi, catatan yang digarisbawahi adalah banyak tas jamaah yang tidak terangkut karena bagasi bus yang terbatas. Tas yang tidak terangkut dibawa dengan menggunakan truk oleh perusahaan bus.

Setelah prosesi Armina banyak jamaah yang harus tawaf ifadhah karena dalam waktu dekat usai puncak haji harus pulang ke Tanah Air. Namun, bus shalawat belum beroperasi saat itu.

Karena itu, diperlukan kendaraan yang dapat melayani jamaah pergi pulang ke Masjid Al Haram supaya tidak mengganggu jadwal kepulangan jamaah. "Tahun ini kami gunakan bus coster dari Daker Makkah. Alhamdulillah masalah itu teratasi," katanya.

Pemulangan jamaah gelombang pertama dari Makkah melalui Bandara King Abdul Aziz Jeddah telah berakhir pada 21 September 2017. Sedangkan pendorongan jamaah haji gelombang kedua dari Makkah menuju Madinah telah tuntas pada 26 September lalu.

Kepala Seksi  Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Daker Madinah Reza Muhammad Marzal menginformasikan, per 1 Oktober 2017 pukul 19.00 WAS sudah 445 kelompok terbang (kloter) dengan 177.155 jamaah haji, dan 2.213 petugas diberangkatkan ke kampung halamannya.

Total 179.368 orang sudah dipulangkan ke Indonesia. Dari Bandara Jeddah 101.876 orang dan Bandara Madinah 77.492 orang. Sedangkan jamaah yang wafat sudah mencapai 640 orang, katanya.

Operasional Daerah Kerja (Daker) Makkah telah ditutup. Sudah tidak ada lagi jamaah haji Indonesia sudah tidak ada lagi. Petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daker Makkah sudah kembali ke Tanah Air pada 28 September lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement