IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Haji dan Umrah dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Dadi Darmadi meminta pemerintah mempertimbangkan keharusan menggunakan bumbu dan koki dari Indonesia. Sebab hal itu terkait dengan situasi, kondisi dan peraturan ekspor impor yang berlaku di Arab Saudi.
Menurutnya, keharusan menggunakan bumbu dan koki dari Indonesia tujuannya baik. Tapi jangan sampai mengakibatkan keterlambatan dan penurunan kualitas makanan seperti yang biasa terjadi.
"Saya paham tujuannya baik, meningkatkan ekspor produk dan SDM Indonesia, tapi jangan karena soal-soal seperti ini malahan menghambat kedua fokus masalah yang berulang kali terjadi dalam katering haji Indonesia," ujar Dadi kepada Republika.co.id, Senin (30/4).
Dadi juga mempertanyakan apakah penyelenggara sudah siap memenuhi syarat dan ketentuan melakukan ekspor bumbu serta makanan seperti halnya negara lain. Mulai dari perizinan, pengepakan, dan tarifnya.
Selain itu Dadi juga menyoroti ketersediaan SDM yang harus orang Indonesia untuk menjadi koki di Arab Saudi. Menurutnya bagaimana dengan perizinan, sponsor visa dan lain sebagainya agar orang Indonesia bisa menjadi koki di Arab Saudi.
"Yang lebih utama, hemat saya adalah soal kualitas bahan makanan dan kelayakan konsumsi makanan, khususnya dari segi kehalalan, kebersihan dan kesehatannya," ujarnya.
Ia mengingatkan, jangan sampai makanan yang disajikan sesuai dengan lidah jamaah tapi cepat basi dalam kondisi ekstrem di Arab Saudi. Ada beberapa jenis makanan Indonesia seperti makanan yang mengandung santan atau sayuran, mungkin makanan tersebut tidak selalu pas untuk cuaca panas. Sehingga tidak bertahan lama masa konsumsinya.
"Fokus ke masalah yang utama dan yang lain bisa diperbaiki selanjutnya ketika semuanya sudah lebih memungkinkan," ujarnya.