Ahad 27 May 2018 19:05 WIB

Para Calhaj Diminta Persiapkan Diri

Kesehatan para jamaah dinilai penting untuk kelancaran ibadah mereka.

Rep: Fitriyan Zamzami/ Red: Agung Sasongko
Rencana perjalanan haji 2018.
Foto: Kemenag.go.id
Rencana perjalanan haji 2018.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Calon jamaah haji diminta menyiapkan diri dari segi kesehatan sebelum berangkat ke Tanah Suci mulai pertengahan Juli ini. Kesehatan para jamaah dinilai penting untuk kelancaran ibadah mereka.

"Mengikuti pemeriksaan kesehatan dengan baik, banyak berlatih jalan, dan makan makanan bergizi," kata Kepala Pusat Kesehatan Haji, dr Eka Jusup Singka sebagai saran kepada para jamaah haji di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Ahad (27/5). Sementara di Tanah Suci, jamaah diimbau menyiapkan masker dan payung, sering-sering minum, dan membawa penyemprot muka.

Dr Eka menuturkan sebanyak 63 persen jamaah tahun ini tergolong berisiko tinggi dari segi kesehatan. Kebanyakan penyakit yang mereka idap adalah sakit jantung, ginjal, dan darah tinggi.

Untuk melayani para jamaah, kuota tenaga kesehatan Pusat Kesehatan Haji tahun ini mencapai 306 orang ditambah sepuluh lagi. "Harus kita maksimalkan," kata dia menyangkut ideal tidaknya jumlah tersebut dibandingkan jumlah jamaah haji asal Indonesia.

photo
Infografis Ongkos Naik Haji 2018

Selain tenaga kesehatan tersebut, tim kesehatan juga menyewa 12 ambulans di Tanah Suci. Klinik Kesehatan Haji Indonesia juga tersedia di masing-masing daker. Klinik-klinik tersebut nantinya dilengkapi fasilitas laboraturium hingga rontgen.

Dr Eka juga menyoroti perlunya quick reaponse team di Tanah Suci. "Jadi kalau ada yang pingsan langsung dibawa ke KKHI atau RS Arab Saudi".

Ia juga memaparkan, ada empat hal yang dapat meningkatkan program kesehatan haji di dalam negeri. Yang pertama komitmen politik, salah satunya regulasi syarat penugasan berupa syarat kesehatan. Kemudian dukungan masyarakat dan ulama terhadap istitaah alias kemampuan melaksanakan haji dari segi fisik.

Kemudian sistem kesehatan haji yang terintegrasi dengan sistem pelayanan haji. Terakhir pengetahuan masyarakat jamaah haji terkait kesehatan.

Manajemen kesehatan, kata dr Eka, penting dalam pelaksanaan haji karena perjalanan ke Tanah Suci cukup jauh dan memakan waktu yang tak singkat. Kemudian ibadah haji merupakan perkumpulan begitu banyak massa. Berkumpulnya massa itu berpotensi memicu penularan penyakit seperti meningitis.

Selanjutnya, pelaksanaan ibadah haji melibatkan lingkungan yang panas, kasar dan keras. Kondisi itu berpotensi menimbulkan heatstroke. Selain itu, fasilitas layanan kesehatan tempatan juga jadi alasan perlunya tenaga kesehatan. Ibadah haji juga merupakan kegiatan yang menguras stamina sehingga perlu pengawasan kesehatan.

Terlebih cuaca tahun ini di Tanah Suci juga tergolong panas dengan rerata 53 derajat selsius pada musim haji. Ia mengharapkan, petugas reguler dan tim kesehatan bisa bekerja sama dengan baik menyikapi situasi-situasi di Tanah Suci. "Saya mengajak sebagai value yang kita jalankan selama ini bagaimana menghargai mitra kita".

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement