Senin 28 May 2018 10:03 WIB

Ikan Patin akan Jadi Lauk Jamaah Haji

Akan ada ahli masak Indonesia yang mengawasi kualitas masakan.

Rep: erdy nasrul/ Red: Ani Nursalikah
Petugas pengelola katering mendistribusikan makanan ke pemondokan jamaah haji Indonesia di Makkah. Makanan disajikan dalam kondisi hangat dan fresh.
Foto: Republika/Nashih Nashrullah
Petugas pengelola katering mendistribusikan makanan ke pemondokan jamaah haji Indonesia di Makkah. Makanan disajikan dalam kondisi hangat dan fresh.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Jamaah haji Indonesia akan dibuat lebih nyaman di Tanah Suci. Meski berada di negeri seberang, mereka akan dimanjakan dengan pelayanan layaknya di kampung halaman.

Salah satu bentuknya adalah makanan khas Tanah Air. "Kita akan ekspor ikan patin," ujar Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis, di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Senin (28/5).

Ikan air tawar ini biasa disajikan dalam sajian pindang, pepes, dan gulai. Dagingnya lembut. Pengolahan ikan patin membutuhkan trik khusus. Jika tidak ahli mengolahnya maka ikan tersebut akan berbau lumpur.

Ikan juga bisa hancur dan dagingnya tercerai-berai jika saat memasaknya terlalu sering diaduk. Sri Ilham menjelaskan nantinya ada ahli masak Indonesia yang mengawasi kualitas masakan. Dia memastikan lauk-pauk yang disajikan benar-benar khas nusantara.

Katering juga akan menyiapkan tambahan bumbu seperti kecap dan sambal. Jamaah yang menyukai cita rasa manis dan pedas dapat memanfaatkan keduanya.

Akan ada 151 dapur menyiapkan makanan khas Indonesia. Semuanya dikerahkan melayani kebutuhan makan jamaah haji.

Pada tahun ini jamaah haji Indonesia akan mendapatkan tambahan jatah makan. Pada penyelenggaraan haji tahun ini, jamaah haji Indonesia akan mendapatkan jatah 40 kali makan.

photo
Masakan di salah satu dapur perusahaan katering yang mensuplai konsumsi bagi jamaah haji Indonesia di Madinah. (Republika/ Amin Madani)

Bertambah 15 kali dari jumlah sebelumnya," kata Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah Kementerian Agama Nizar Ali, saat memberikan pembekalan kepada 780 petugas haji di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, kemarin.

Kebijakan ini pertama kali diterapkan pada 2015. Kala itu, jamaah haji menerima jatah makan sebanyak 15 kali.

Kemudian, pada penyelenggaraan tahun berikutnya, jamaah haji mendapatkan jatah makan 24 kali. Setahun kemudian, jumlah itu bertambah jadi 25 kali.

Menurut Nizar, jumlah tersebut masih kurang karena seharusnya 50 porsi makan setiap jamaah haji. Namun, ada kendala yang dihadapi untuk memenuhi kondisi ideal tersebut, yaitu distribusi makanan.

Distribusi makanan mengalami kendala karena kondisi Makkah sudah padat menjelang puncak haji. Ketika Makkah sudah dipadati jamaah haji, maka kendaraan yang membawa makanan sulit untuk masuk. Kalau dipaksakan, makanan akan basi sehingga mubazir.

Sebetulnya, dia mengatakan, makanan bisa disiasati dengan lauk yang lebih bertahan lama, seperti rendang. Namun, hal tersebut akan dibicarakan lebih lanjut.

Kebijakan tentang makan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan jamaah sehingga mereka lebih semangat melaksakan rentetan ibadah haji. Mereka juga tak lagi dipusingkan dengan mencari makan sendiri atau bahkan masak sendiri.

"Kami akan terus mengevaluasi dan menghadirkan inovasi untuk jamaah haji kita," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement