Kamis 12 Jul 2018 14:50 WIB

Tahun Ini, Roti Masih Jadi Sarapan Jamaah Haji Indonesia

Petugas katering belum bisa menyiapkan sarapan nasi dalam jumlah besar.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Friska Yolanda
Seorang pegawai katering mendistribusikan makan siang bagi jamaah haji Indonesia di Hotel Jauharat Uhud, Madinah, Kamis (10/8).
Foto: Republika/Ani Nursalikah
Seorang pegawai katering mendistribusikan makan siang bagi jamaah haji Indonesia di Hotel Jauharat Uhud, Madinah, Kamis (10/8).

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama, Sri Ilham Lubis, mengatakan menu sarapan jamaah haji Indonesia tahun ini masih berupa roti. Ia mengatakan, menu sarapan untuk jamaah memang belum bisa digantikan dengan nasi karena kendala dari sisi waktu dan biaya. 

Dari sisi waktu, ia mengatakan perusahaan katering di Saudi kesulitan untuk menyiapkan sarapan. Karena untuk menyiapkan makan siang saja, perusahaan katering sudah membuatnya sejak tengah malam. Sehingga untuk menyiapkan sarapan dengan nasi dalam jumlah yang besar, petugas dapur bisa tidak istirahat dan harus berkutat selama 24 jam.

"Kendalanya dari sisi waktu dan biaya. Jika satu jamaah 13 riyal dikali 206 ribu jamaah jumlahnya besar. Dari sisi kesiapan perusahaan itu sendiri di Saudi, semua dipertimbangkan. Tapi ke depannya insya Allah kita akan kaji dan pelajari," kata Sri, saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (12/7).

Sri mengatakan, sarapan berupa roti tersebut dibagikan kepada jamaah pada malam hari bersamaan dengan distribusi makan malam. Hal itu menurutnya sudah disosialisasikan kepada jamaah, bahwa roti adalah menu sarapan dan jamaah tidak akan mendapatkan jatah makan lagi saat waktu pagi. Sementara untuk makan siang, menurutnya, didistribusikan sekitar pukul 10-11 pagi. 

Sri menuturkan, jamaah diberikan makan sebanyak 40 kali di Makkah dan Madinah. Karena itu, jamaah menurutnya tidak perlu membawa lagi makanan seperti beras ataupun alat memasak seperti alat penanak nasi ke tanah suci. Ia mengatakan, memasak di dalam kamar hotel berisiko dan tidak diperkenankan karena hotel yang ditempati jamaah merupakan hotel dengan standar bintang tiga. Selain itu, jamaah bisa membeli makanan yang banyak dijual di restoran-restoran di Saudi.

Tidak hanya itu, jamaah juga sudah mendapatkan perlengkapan kesehatan dan obat-obatan saat di embarkasi. Di sini, jamaah tinggal membawa obat-obatan pribadi yang disiapkan sendiri. 

Terkait transportasi, Sri menambahkan bahwa jamaah haji Indonesia belum mendapatkan kesempatan untuk menggunakan kereta Haramain di tanah suci pada musim haji tahun ini. Ia mengaku belum mengetahui dan tidak ada informasi terkait hal itu dari pemerintah Saudi. 

Di sisi lain, rombongan jamaah haji di bawah Kementerian Agama RI akan dikoordinir dengan transportasi bus yang telah disediakan selama di tanah suci. Namun, untuk rombongan haji khusus, ia mengatakan itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab penyelenggara ibadah haji khusus. 

"Masing-masing sudah ada paket layanan yang dibuat untuk jamaahnya sesuai dengan biaya yang ditetapkan penyelenggara. Sehingga, pemerintah dalam hal ini Kemenag tidak mengatur jamaah haji khusus," tambahnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement