Selasa 24 Jul 2018 06:00 WIB

Menangis, Tertawa, Menangis Lagi

Mata Hamidah berkaca-kaca penuh air mata ketika ditemui tak jauh dari Pintu 16 Nabawi

Ilustrasi Jamaah Haji Hilang
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Jamaah Haji Hilang

Laporan wartawan Republika.co.id, Fitriyam Zamzam dari Madinah, Arab Saudi.

IHRAM.CO.ID, Di ketentaraan, ada istilah namanya buddy system. Ia adalah mekanisme pertahanan dalam perang, ketika dua prajurit dipasangkan sebagai sejoli untuk melindungi satu sama lain. Mereka berdua tak boleh terpisah dalam kondisi apapun.

Nah, dua jamaah haji asal Makassar, Hamidah (45 tahun), dan Siti Nurhayati (73 tahun) bergerak dengan sistem serupa. Tak lepas keduanya bergandengan saat ditemui di Masjid Nabawi, Madinah, Senin (23/7). “Dia bukan nenek saya, bukan satu rombongan juga tapi satu kamar,” kata Hamidah.

Mata Hamidah berkaca-kaca penuh air mata ketika mula-mula ditemui tak jauh dari Pintu 16, Masjid Nabawi. Tangisnya belum lagi selesai. “Di mana hotel saya, Pak,” kata dia menanyakan.

Setelah memeriksa asal kloter dan embarkasi, ketahuan bahwa ia tinggal di Elaf Al Nakheel. Hotel tersebut terletak tak sampai seratus meter di sebelah barat Masjid Nabawi. Keluar menuju hotel itu bisa langsung melalui Pintu 37.

Saat diberitahu hal tersebut dan kemudian rencananya diantar petugas haji, Hamidah mulai tertawa lepas mengenang kealpaannya. “Sudah kubilang mi kita datang dari situ,” kata Siti Nurhayati, kali ini angkat suara.

Sepanjang perjalanan ketika diantar menuju hotel, kedua perempuan itu juga saling bertukar gurauan. Hamidah, kerap sekali tertawa lepas sembari menangkupkan tangan ke hotel.

Ia mengaku, lalai mengingat pintu masuk saat pergi shalat Subuh ke Masjid Nabawi itu hari. Meski sudah tiba sejak Sabtu (21/7), menurut Hamidah, ia tak kunjung ingat jalan pulang. “Lebih hafal nenek ini,” kata Hamidah menunjuk Nurhayati.

Kian dekat ke hotel, semakin kerap mereka bersenda gurau. “Itu dia yang kubilang, pintu masuknya, ada orang berjualan di situ,” kata Nurhayati. “Memang nenek gaul, dia. Padahal tadi samami, bingungnya,” Hamidah menimpali.

Tiba di hotel, giliran tangis Nurhayati yang pecah lebih dulu. “Terima kasih, nak. Terima kasih. Betul sudah ini tempatnya,” kata dia pada petugas yang mengantarkan. Hamidah ikut meneteskan air mata. Keduanya berpelukan. Mereka juga memeluk petugas perempuan yang mengantar.

Perkara jamaah tersesat memang bukan barang langka bagi jamaah Indoneasia di Tanah Suci. Hingga Ahad (22/7), Sebanyak 497 jamaah sudah dilaporkan tersesat dan dikembalikan ke hotel masing-masing. “Ini baru yang dilaporkan. Jumlahnya mungkin lebih banyak lagi,” kata Kepala Seksi Perlindungan Jamaah Daker Madinah PPIH Arab Saudi, Maskat Ali Jasmun.

Selain Hamidah dan Nurhayati, ada juga Rehana (50 tahun) dari Pamekasan, Jawa Timur. Ia menuturkan, tersesat setelah mengunjungi kawasan Raudhah di Masjid Nabawi. Ia sempat kebingungan dan tak paham harus bagaimana saat tersesat. “Tapi saya istighfar banyak-banyak, dan sadar harus mencari petugas yang seragamnya seperti Mas ini,” kata dia ketika ditemui di Masjid Nabawi.

Rehana ingat, ia masuk lewat Pintu 6 di bagian barat Masjid Nabawi. Meski begitu, ketika ditemui di Pintu 21, ia tak paham cara mencapai pintu tempatnya masuk. Ada kegundahan di wajahnya ketika diantarkan ke hotel. Namun berulang kali ia katakan, “saya ndak panik, saya ndak panik”. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement