Ahad 19 Aug 2018 17:29 WIB

125 Jamaah Disafariwukufkan

jamaah yang mengalami demensia atau disorientasi akan disafariwukufkan

Jamaah haji Indonesia bersiap menuju Arafah dari Makkah, Ahad (19/8). Mereka akan diinapkan di Padang Arafah menjelang pelaksanaan wukuf pada Senin (20/8).
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Jamaah haji Indonesia bersiap menuju Arafah dari Makkah, Ahad (19/8). Mereka akan diinapkan di Padang Arafah menjelang pelaksanaan wukuf pada Senin (20/8).

IHRAM.CO.ID, Oleh: Fitriyan Zamzami dari Makkah

MAKKAH – Tak seluruh jamaah haji yang berada di Tanah Suci visa melaksanakan wukuf di Arafah Senin (20/8) nanti. Sedikitnya 125 jamaah akan disafariwukufkan karena harus masih menderita sakit kambuhan dan mengalami demensia.

Jumlah itu dihimpun hingga Jumat (17/8) sore. “Namun angka tersebut bisa saja berubah, karena bisa saja ada yang wafat maupun ada tambahan dari jamaah yang sakit,” kata Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) Nizar Ali di Kantor Daker Makkah, Sabtu (18/8) malam.

Nizar menjelaskan jamaah yang mengalami demensia atau disorientasi akan disafariwukufkan, dengan kawalan ketat petugas haji. Menurut dia, jmaah yang mengalami disorientasi tidak dibadalhajikan karena masih bisa dibawa ke Arafah.

Ia mengingatkan wukuf merupakan esensi haji sehingga sebisa mungkin jamaah dihadirkan di Arafah. Selain itu, para jamaah yang mengalami demensia atau disorientasi di Tanah Suci terkadang langsung sembuh begitu tiba di Tanah Air.

Baca: Tugas Berat di Fase Armina

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi memutuskan pukul 07.00 waktu setempat pada Ahad (19/8) merupakan batas akhir penentuan jumlah jamaah yang perlu disafariwukufkan.

Menurut Nizar, pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaluk Pusat Kesehatan Haji sempat berpendapat bahwa jamaah yang mengalami disorientasi sebaiknya dibadalhajikan. “Tapi dalam rapat kemarin kita sepakati disafariwukufkan dengan catatan dikawal ketat agar tidak membahayakan orang lain,” kata Nizar.

Jamaah yang bisa disafariwukufkan yakni mereka yang apabila digerakkan tidak membahayakan jiwanya. Selain itu juga mereka yang tidak tergantung dengan alat yang tidak bisa dipindahkan.

Bagi jamaah yang mengalami sakit parah dan berergantung pada alat yang sifatnya tidak bisa dipindahkan ke tempat lain, akan dibadalhajikan. Jamaah lain yang dibadalhajikan yakni yang wafat di Tanah Suci. Jamaah ghaib yakni yang tidak diketahui keberadaannya ketika dilakukan pendataan terakhir juga akan dibadalhajikan.

Baca Lagi: Hakikat Kemerdekaan

Untuk kepentingan safari wukuf, PPIH Arab Saudi telah menyiapkan bus sebanyak 10 unit. Jamaah yang disafarkwukufkan akan berbaring jika tak bisa duduk di bus-bus tersebut.“Kapasitas busnya pun berbeda, bus untuk jamaah yang bisa duduk akan muat lebih banyak. Tapi kalau bus yang diisi jamaah yang harus terbaring maksimal 12 jamaah,” kata Nizar.

Sebelumnya, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Eka Jusup Singka menyebutkan, kriteria safari wukuf adalah jamaah masih memiliki kesadaran baik, bisa dipindah tanpa merusak fungsi organ tubuh, penyakitnya tidak menular, pernapasan baik, dan tak dalam krisis hipertensi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement