Senin 20 Aug 2018 08:28 WIB

Tiba di Mina, Jamaah Diimbau tak Langsung Melontar

Jamaah diminta segera istirahat.

Jamaah haji Indonesia tidur berdesakan di tenda di Mina, Arab Saudi, 3 September 2017.
Foto: Republika/Ani Nursalikah
Jamaah haji Indonesia tidur berdesakan di tenda di Mina, Arab Saudi, 3 September 2017.

IHRAM.CO.ID, Oleh: Erdy Nasrul dari Makkah, Arab Saudi

MAKKAH -- Jamaah haji diimbau segera beristirahat setelah sampai di Mina. Mereka dianjurkan tidak melempar jumrah terlebih dahulu karena kondisi fisik yang sudah sangat letih.

Kepala Bidang Bimbingan Ibadah KH Ali Zawawi menjelaskan energi jamaah sudah banyak terkuras untuk wukuf di Arafah dan mabit di Muzdalifah. Di dua tempat itu mereka terpapar panas dan angin malam.

Zikir dan berbagai ibadah yang mereka lakukan membuat energi banyak terkuras. Ditambah lagi dengan kondisi lalu lintas yang mengular dan padat merayap. Hal tersebut berpotensi meningkatkan stres.

Meski dalam kondisi berihram, jamaah dianjurkan untuk tidur sejenak meski hanya dua jam. Setelah itu melaksanakan shalat subuh. Jika kondisi badan sudah segar, maka bisa berangkat ke jamarat untuk jumrah aqabah bersama regu atau bahkan rombongannya.

Ali Zawawi menekankan pentingnya menjaga kesehatan selama prosesi haji. Sebab ibadah ini membutuhkan fisik yang kuat. Setiap orang dituntut untuk banyak bergerak, terutama saat di Mina. Jamaah harus berjalan kaki hingga lima kilometer atau lebih dari tenda menuju jamarat sekitar dua kilometer, lalu jalan berputar dari jamarat kembali ke perkemahan.

photo

“Di sini mental jamaah diuji. Harus sabar dan saling membantu. Jamaah yang muda harus menolong mereka yang sudah tua, terutama yang berisiko tinggi,” katanya di Arafah pada Senin (20/8).

Dia mengatakan jamaah yang menolong sesama tak akan mengalami kerugian. Justru hal tersebut membuat hati orang lain senang dan mendapatkan energi positif menyentuh hati. Bahkan bisa jadi kemabruran didapatkan dari menolong jamaah.

Petugas kelompok terbang (kloter) baik tim pembimbing ibadah jamaah haji (TPIHI), petugas medis, ketua kloter, dan lainnya, harus lebih aktif mengawasi gerak jamaah. Petugas haji nonkloter juga bergerak aktif melayani jamaah sepanjang perjalanan menuju jamarat dan juga di sekitar tenda jamaah.

Selama di Mina jamaah akan melaksanakan lempar jumrah aqabah yang merupakan rukun haji. Setelah itu mereka akan digerakkan ke Masjid al-Haram untuk melaksanakan tawaf ifadah, sai, dan tahalul.

Baca juga: Angin Kencang dan Hujan Landa Arafah

Kemudian kembali ke Mina untuk melaksanakan jumrah ula, wustha, dan aqabah, yang merupakan wajib haji hingga 12 Dzulhijjah yang bertepatan dengan Kamis (23/8) untuk jamaah nafar awal. Sedangkan jamaah nafar sani akan menyelesaikan lempar jumrah keesokan harinya.

Direktur Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) mengimbau jamaah untuk menjaga konsumsi cairan selama prosesi puncak haji. Mereka akan sering terpapar panas yang mengakibatkan tubuh cepat lelah. Area sekitar tenda Mina dilengkapi fasilitas air minum. Jamaah sebisa mungkin membawa air minum dalam perjalanan menuju jamarat atau tenda kemah, yang banyak menghabiskan tenaga.

Selain untuk minuman, air juga dapat dimanfaatkan untuk membasahi badan. Tujuannya untuk menyegarkan badan setelah lama terpapar panas. Jamaah juga bisa mengenakan payung dan kacamata hitam yang merupakan alat pelindung diri.

Suhu di Arab Saudi sangat ekstrem, diprediksi mencapai 50 derajat celsius. Jika seseorang berdiri di sana langsung terpapar sinar matahari maka harus memiliki kesehatan yang bagus. Konsumsi cairan, terutama air putih, tidak boleh kurang.

"Tim promotif preventif (TPP) kita ada di garda depan untuk mengingatkan jemaah gunakan alat-alat seperti masker, payung, semprotan wajah sehingga jamaah kita tidak kekurangan cairan," ujarnya.

photo
Jamaah haji melempar jumrah di Jamarat, Mina.

Nirwan mengingatkan, suhu panas dan kekurangan cairan dapat menyebabkan jamaah terserang kejang panas. Gejalanya adalah suhu badan tinggi, kesadaran mulai berubah, dan bicara sendiri sampai tidak sadar diri.

Petugas kelompok terbang atau bahkan sesama jamaah harus segera membantunya. Kebersamaan dalam puncak haji adalah keharusan agar semua jamaah selamat sepanjang rangkaian ibadah haji.

Jamaah jangan malas minum karena takut ke toilet. "Kelembaban di sini sangat rendah maka tanpa mereka sadari sesungguhnya kekurangan cairan. Jadi jamaah tidak perlu takut. Minumlah yang banyak karena di sini tidak susah mendapatkan air," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement