IHRAM.CO.ID, JEDDAH – Pemerintah Arab Saudi terus berupaya meningkatkan layanan bagi jamaah haji dan umrah di berbagai sektor. Termasuk memanfaatkan peran teknologi dalam meningkatkan pengalaman haji dan umrah bagi jamaah.
Peran teknologi dan kaitannya dengan haji dan umrah pun dibahas di sela-sela Pameran Pencegahan Risiko dan Keamanan Nasional Saudi di Riyadh. Di pameran itu juga dibahas soal pentingnya membangun angkatan kerja Saudi yang mampu membuat Kerajaan lebih mandiri dalam sektor teknologi.
Pada kesempatan itu, Direktur Utama Estmrarya Management Consulting, Ahmed Riad, mengumumkan kemitraan baru dengan Kementerian Haji dan Umrah Saudi untuk meluncurkan aplikasi elektronik baru, yang dirancang untuk mengumpulkan data informasi besar tentang jamaah.
Dia mengatakan, aplikasi tersebut akan memngkinkan jamaah untuk memasukkan informasi pribadi mereka, seperti usia dan status kesehatan. Di samping itu, analisis data ini akan membantu pihak berwenang memprediksi potensi masalah dan menangani jamaah dengan lebih cepat dan mudah.
Direktur Penjualan dan Pemasaran dengan Thales Group, Iyad Ibrahim, juga mempresentasikan strategi terpadu tentang bagaimana mengelola kepadatan jamaah selama musim haji dan umrah melalui pengembangan sistem terintegrasi.
Sistem itu akan menganalisis data untuk membantu pihak yang berwenang membuat keputusan yang tepat lebih cepat. Thales Group adalah perusahaan multinasional Prancis yang mendesain dan membangun sistem kelistrikan.
Ibrahim mengatakan, sistem yang diusulkan perusahaannya akan menghubungkan semua situs-situs suci melalui sistem terintegrasi yang menganalisis video, foto, dan data. Dengan demikian, sistem akan memudahkan untuk mengontrol dan mengelola kerumunan jamaah, dan menemukan serta menangani perilaku yang tidak biasa.
CEO Northrop Grumman di Timur Tengah, Waleed Abu Khalid, mengatakan mereka tengah bekerja dalam sebuah strategi yang selaras dengan Visi 2030.
Di samping, melakukan kontrak dengan perusahaan lokal dengan tujuan untuk menyalurkan pengetahuan dan teknologi ke perusahaan lokal.
Abu Khalid mengatakan, lebih dari 100 ribu siswa Saudi belajar di universitas-universitas Amerika, yang keahliannya akan menguntungkan Kerajaan di masa depan.
"Kami fokus dalam berurusan dengan lulusan AS melalui program khusus musim panas. Kami juga telah mencoba untuk memotivasi anak-anak lelaki dan perempuan Saudi untuk memasuki bidang teknologi, bekerja sama dengan Unversitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi King Abdullah, kompetisi khusus yang sukses untuk pemuda Saudi, berfokus pada tantangan yang dihadapi Kerajaan dalam sains, teknik dan disiplin lain yang terkait dengan lingkungan atau teknologi canggih," kata Abu Khalid, dilansir di Arab News, Kamis (8/11).
Abu Khalid menyerukan agar para investor bisnis memasuki industri teknologi, yang menurutnya menawarkan peluang yang menjanjikan. Hal itu menurutnya terbukti dalam Visi 2030, yang menyerukan lokalisasi industri keamanan mencapai 50 persen, daripada mengandalkan pemasok luar.
Abu Khalid menambahkan, kerjasama dengan perusahaan internasional untuk meningkatkan industri keamanan yang maju di Kerajaan perlu mencakup pembentukan pusat penelitian yang berkaitan dengan teknologi di bidang keamanan dan keselamatan. Di samping, adanya penguatan kerjasama akademik antara universitas Saudi dan instansi pemerintah.
"Kami ingin menyingkirkan prinsip 'membeli untuk digunakan' melalui penyediaan sumber daya manusia yang diperlukan yang memungkinkan kami untuk memproduksi. Jika tidak, kami akan terus bekerja dalam prinsip ini selama 20 tahun mendatang. Bersama dengan pebisnis, universitas, dan pusat penelitian, Kerajaan dapat mengembangkan teknologi yang dimilikinya, bukan hanya membeli," tambahnya.