Senin 31 Dec 2018 09:31 WIB

7 Rute Haji Bersejarah: Sebagian Rusak dan tak Diaktifkan

Rute-rute ini konon tak hanya untuk transportasi haji tetapi juga perdagangan.

Rep: Kiki Sakinah/ Um Nur Fadhilah/ Red: Nashih Nashrullah
Suasana festival di Kota Tua Jeddah, Kamis (20/9). Festival itu digelar terkait peringatan  Hari Nasional Arab Saudi yang akan jatuh pada 23 September nanti.
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Suasana festival di Kota Tua Jeddah, Kamis (20/9). Festival itu digelar terkait peringatan Hari Nasional Arab Saudi yang akan jatuh pada 23 September nanti.

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH – Sebelum teknologi pesawat menjadi moda transportasi jamaah haji ke tanah suci, jamaah dari berbagai negara di masa lalu menempuh perjalanan darat dan laut menuju Makkah. 

Selama berabad-abad, rute ziarah kuno telah membawa manfaat besar. Tidak hanya untuk tujuan haji, tapi juga dalam perdagangan, pertukaran budaya dan pengetahuan. 

Perjalanan haji setidaknya menjadi jembatan perdamaian dan komunikasi di antara tanah-tanah Islam. Karena rute tersebut tidak hanya digunakan oleh jamaah haji, tetapi digunakan sepanjang tahun oleh wisatawan yang ingin mencapai tujuan yang berbeda. 

Di masa lalu, rute haji yang paling terkenal adalah jalur Irak, Suriah, Mesir, Yaman, dan Oman. Pada masa itu, para khalifah dan sultan Muslim memberikan perhatian khusus pada rute haji. 

Amir Haji, misalnya, bertanggung jawab untuk mengawasi haji, mendirikan pemberhentian dan tempat istirahat di jalan setapak, dan menentukan jarak antara pemberhentian ini. 

Sumber-sumber sejarah telah mencatat tujuh rute utama ke Makkah dan Madinah. Dilansir di Arab News, Kamis (27/12), berikut ini tujuh rute penting jamaah haji pada masa lalu: 

Pertama, Kufa-Makkah. Rute ini adalah jalur paling penting untuk haji dan perdagangan. Rute ini juga dikenal sebagai Darb Zubaidah (jalur Zubaidah) dan dinamai sesuai dengan istri Khalifah Harun Al-Rashid, yang membantu membangun rute. 

Rute ini mulai digunakan setelah penaklukan Irak dan penyebaran Islam di seluruh wilayah Syam. Selama era kekhalifahan Rashidun, wilayah ini merupakan tempat yang makmur. 

Di era Abbasiyah, rute ini menjadi penghubung penting antara Baghdad, Dua Masjid Suci di Makkah dan Madinah, dan seluruh Semenanjung Arab. Rute ini direncanakan dan direkayasa dengan baik, karena dilengkapi dengan tempat perhentian dan tempat istirahat. Selain itu, ada fasilitas yang berguna, seperti sumur, kolam dan bendungan. Sehingga, membantu membuat perjalanan menjadi lebih mudah bagi jamaah.

Setelah era kekhalifahan berakhir, rute perjalanan haji itu menjadi sasaran pemberontak dari suku-suku dan desa-desa. Beberapa halte di rute itu, seperti stasiun Rabazah, rusak, dan hancur. 

Selain itu, peta rute haji hilang, sehingga jamaah berhenti menggunakannya. Setelah Mongol menaklukkan Baghdad di awal abad ke-13, rute perjalanan haji terganggu dan sebagian besar stasiunnya hancur. 

Studi menunjukkan bahwa struktur arsitektur pada rute Kufa-Makkah mewakili gaya arsitektur Islam yang unik, dengan desain yang detail dan pengerjaan yang berkualitas tinggi. 

Istana dan tempat perhentian di jalan-jalan rute itu dibangun dengan dinding tebal. Bahkan, tempat pemberhentian itu menawarkan fasilitas dan layanan yang luar biasa. Kolam dibangun dalam bentuk persegi panjang, persegi dan melingkar, yang mencerminkan keterampilan Muslim dalam membangun fasilitas air.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement