Senin 07 Jan 2019 18:32 WIB

Tak Hanya Legalitas, Asphurindo Ungkap Kelemahan VFS Tasheel

Sebanyak 70 biometrik jamaah umrah gagal terbaca sistem di Kedutaan Saudi.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Sejumlah calon jamaah umrah tampak kelelahan saat menunggu proses biometrik di kantor VFS Tasheel.
Foto: Foto: Istimewa
Sejumlah calon jamaah umrah tampak kelelahan saat menunggu proses biometrik di kantor VFS Tasheel.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA— Penyelenggara perjalanan ibadah umrah (PPIU) menilai banyak masalah dalam proses pekerjaan Visa Facilitation Service (VFS) Tasheel saat merekam biometrik calon jamaah umrah. Pekerjaan VFS Tashel yang paling merugikan jamaah umrah adalah terkait tidak keluarnya hasil rekam biometrik.  

"Temuan masalah baru di lapangan begini, jadi ketika selesai rekam biometrik itu dicetak keluar seperti struk itu tidak terbaca di sistem data Kedutaan Besar Arab Saudi (KBSA)," kata Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Haji Umrah dan In-Bound Indonesia  (Asphurindo) Magnatis Chaidir kepada Republika.co.id, Senin (7/1). 

Magnatis Chaidir menuturkan struk hasil rekam biometrik itu harus dilampirkan jamaah yang ingin mengajukan permohonan visa baik visa umrah atau visa haji dan selain mofa. Mofa adalah syarat mendapat pengesahan visa dari Kementerian Luar Negeri Arab Saudi.

"Tapi mofa saat dilampirkan tidak terbaca dan ini adalah masalah akibat dari alat dan sistem FVS Tasheel yang belum siap," katanya.  

Tentunya hal ini, kata dia, dapat merugikan jamaah dan juga para pengusaha PPIU. Kerugiaan terhadap jamaah pertama jika hasil rekaman biometrik itu tidak terbaca, jamaah yang mengajukan permohonan visa harus melakukan rekam biometrik ulang. Padahal PPIU dituntut membuat jadwal keberangkatan dan terikat dengna jadwal maskapai.   

Magnatis mengatakan jika masalah-masalah seperti mofa yang tidak terbaca itu itu terus dibiarkan, akan banyak calon jamaah umrah yang akan gagal terbang ke tanah suci.

"Karena penerbangan itu aturannya kalau tidak terpakai pada hari yang sama yang telah dijadwalkan itu akan angus, hotel otomatis hilang satu hari. Jadi ada kerugian moril dan materiil jamaah," katanya.

Magnatis memastikan ada sekitar 70 jamaah yang paspornya ditolak KBSA karena hasil rekam biometrik 70 jamaah itu tidak terbaca sistem di KBSA.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement