IHRAM.CO.ID, RIYADH – Arab Saudi terbukti kaya situs arkeologi bahkan sebagian situs belum terungkap dan masih menjadi misteri hingga saat ini.
Direktur Jenderal Studi Penelitian Arkeologi di Komite Saudi untuk Pariwisata dan Warisan Nasional, Dr Abdullah Al-Zahrani, penggalian arkeologi di Saudi meningkat pada level yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Ia mengatakan, mereka menemukan situs baru setiap hari di Saudi. Menurutnya, ada lebih dari 100 ribu situs arkeologi yang menarik di negara itu.
"Hari ini kami memiliki lebih dari 44 misi Saudi dan internasional yang bekerja di Kerajaan. Dari mereka, 21 berasal dari Jerman, Prancis, Italia, AS, Inggris, Jepang dan Cina," kata Al-Zahrani, dilansir di Arab News, Jumat (25/1).
Ia mengaku heran dan menyebut penemuan tersebut sebagai skenario yang aneh. Pasalnya, 10 ribu situs tersebut baru ditemukan dalam beberapa tahun terakhir. Jumlah misi terbesar berasal dari Prancis. "Mereka sangat tertarik dengan sejarah Semenanjung Arab," lanjutnya.
Bagi Al-Zahrani, kemajuan penemuan arkeologi itu tidak mengejutkan. Sebagian besar misi ini memiliki pertanyaan yang belum terjawab tentang sejarah di Saudi dan mereka tahu bahwa jawabannya dapat ditemukan di sana.
"Pada awal abad ke-19, Semenanjung Arab adalah misteri bagi kaum Orientalis, tetapi mereka tidak ingin menjelajah ke pasir gurun. Namun, pada akhir abad ke-19 mereka datang dan mengenal tanah ini dan masyarakatnya," tambahnya.
Al-Zahrani menambahkan, banyak situs terdaftar pada saat itu, terutama pada 1970-an. Ketika itu, survei arkeologi yang komprehensif dilakukan. Hasilnya saat itu menyediakan daftar situs arkeologi yang begitu banyak.
Misi arkeologis Saudi-Prancis di wilayah Jazan dipimpin Dr Soline Marion de Bros, arkeolog dari Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis.
Misi tersebut adalah salah satu tim paling menonjol dan paling sukses yang bekerja di Kerajaan saat ini. Mereka bekerja untuk mengungkap masa lalu Semenanjung Arab, dan telah melakukan penggalian arkeologis di Pulau Farasan sejak 2017.
Sejauh ini, tim Saudi-Prancis telah mengungkapkan 30 situs yang berasal dari periode pra-Islam. Penemuan itu termasuk sejumlah pemukiman, sisa-sisa hewan termasuk rusa, sapi, kuda dan kura-kura, dan berbagai penemuan termasuk prasasti Arab kuno, dan situs yang berasal dari Kekaisaran Romawi.
De Bros mengatakan, penemuan mereka memperlihatkan Pulau Farasan dihuni manusia sejak zaman prasejarah.
Situs besejarah di Madain Saleh yang terbuka untuk turis di Arab Saudi
"Sejak itu, Pulau Farasan telah dikenal karena kegiatan kultural dan komersialnya di wilayah selatan Laut Merah serta di bagian utara dari Great Farasan," kata de Bros.
Bagi de Bros, masa depan arkeologi di Pulau Farasan menarik. Langkah selanjutnya, menurut de Bros, adalah memetakan keseluruhan situs pulau, membuat panduan untuk garis waktu (timeline) dan pengembangan historisnya.
Ia mengatakan, semakin banyak arkeolog lokal, mulai dari akademisi hingga penggali, juga disiapkan untuk pelatihan khusus guna membantu mengungkap dan melestarikan beberapa situs baru Kerajaan yang paling berharga.