IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan jasa transportasi di Arab Saudi tertarik untuk menggunakan bus produk karoseri Indonesia sebagai sarana transportasi haji. Hal ini disampaikan oleh Konjen RI di Jeddah, Hery Saripudin, saat berkunjung ke Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama (Kemenag).
Kehadiran Konjen RI dalam rangka memenuhi undangan Rakor tentang Program Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Penataan Struktur Teknis Urusan Haji dan Umrah pada Konsulat Jenderal RI Jeddah. Rakor berlangsung selama dua hari, (7-8/2).
"Salah satu perusahaan jasa transportasi besar di Arab Saudi akan menggunakan bus-bus produk karoseri Indonesia. Dalam waktu dekat perwakilan perusahaan tersebut akan segera melakukan penjajagan kerjasama pengadaan bus dengan dua karoseri terkemuka di Indonesia," ujar Hery dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Kamis (7/2).
Kadin Arab Saudi disebut membuka peluang besar investasi berbagai bidang dalam menunjang penyelenggaraan haji. Ada peluang besar perusahaan Arab Saudi bekerjasama dengan pemodal asing, termasuk Indonesia.
Menurut Hery, penyelenggaraan haji dan umrah sangat berpotensi meningkatkan perdagangan Indonesia dan Arab Saudi. Karenanya, setiap tahun KJRI menggelar pameran produk Indonesia di Arab Saudi.
Salah satu tujuan pameran untuk mengenalkan produk pangan dari Indonesia. Penyelenggaraan haji dan umrah diharap tidak hanya memiliki dampak di bidang ibadah namun juga meningkatkan perekonomian. Terbukti dari beberapa kali pameran, sudah membukukan transaksi yang cukup besar.
"Ada potensi ekonomi dan perdagangan yang besar dalam penyelenggaraan ibadah haji. Pasca pameran telah terjadi kesepakatan dagang seperti komponen perlengkapan perhotelan, penjajagan pengadaan bus produk Indonesia, dan produk pangan,” lanjutnya.
Hery mengaku tahun lalu ada produk Indonesia berupa kecap, kopi, dan teh yang tertahan dan tidak dapat keluar dari pelabuhan dan bandara. Ia meyakinkan masalah itu sudah diantisipasi untuk tahun ini dengan pengurusan izin masuk produk lebih awal.
"Agar produk kita mudah masuk ke Arab Saudi memang perlu strategi pengadaan, koordinasi dan kerjasama antar instansi, memahami skema pengadaan barang di Arab Saudi, dan beberapa hal lainnya,” lanjutnya.
Hery menuturkan perlunya Indonesia belajar dari China. Dia mengatakan bahwa 90 persen kain ihram dan cinderamata seperti mainan dan tasbih yang beredar di Arab Saui merupakan produk negeri tirai bambu.