Jumat 15 Mar 2019 19:15 WIB

PATUHI Minta Maktab Jamaah Indonesia tidak untuk Negara Lain

PATUHI mengirimkan tim ke Arab Saudi.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Hasanul Rizqa
(Ilustrasi) Ketua PATUHI Artha Hanif berbincang bersama awak redaksi Harian Umum REPUBLIKA di Jakarta Selatan, Rabu (28/10).  (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
(Ilustrasi) Ketua PATUHI Artha Hanif berbincang bersama awak redaksi Harian Umum REPUBLIKA di Jakarta Selatan, Rabu (28/10). (Republika/Raisan Al Farisi)

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Permusyawaran Antar Travel Umrah dan Haji Indonesia (PATUHI) diketahui sedang melobi muassasah agar maktab untuk jamaah haji khusus tidak disewakan ke negara lain. Saat ini, maktab yang biasa digunakan haji khusus Indonesia disebut telah disewakan ke Malaysia dan Brunei Darussalam.

"Yang jelas kita ingin bahwa maktab-maktab kita itu tidak dicampur dengan maktab negara yang lain. Jangan sampai maktab Indonesia bergabung dengan maktab negeri yang lain entah itu Singapura, Malaysia apalagi Australia," kata Ketua PATUHI Artha Hanif saat berbincang dengan Republika.co.id, Jumat (15/3).

Baca Juga

Artha mengungkapkan, tim PATUHI yang kini berangkat ke Arab Saudi untuk melakukan lobi tersebut terdiri atas banyak pihak. Di antaranya, para ketua umum Amphuri, Himpuh, Asphurindo dan Kesthuri. Mereka diketahui telah menyampaikan permintaan kepada muassasah supaya jamaah haji khusus Indonesia tak digabung dengan jamah haji negara lain.

"Jadi kita ingin Indonesia tetap Indonesia supaya fasilitas yang ada di sana benar-benar bisa dinikmati bersama secara guyub oleh Indonesia dengan segala persoalannya," katanya.

Menurut Artha, tujuan maktab tak dicampur dengan negara lain itu penting demi menghindari potensi ketidaksepahaman yang disebabkan perbedaan kebiasaan masing-masing jamaah. Sebab, mereka berasal dari negara yang berbeda-beda.

"(Hal itu) yang akan mengganggu kekhusyuan ibadah selama di Arafah dan Mina," ujar dia.

Untuk itu kata Artha, Patuhi mengusahakan semaksimal mungkin, agar maktab tidak dicampur dengan negara-negara lain demi menjaga timbulnya masalah saat pelaksanaan ibadah haji.

"Jadi yang Indonesia ya Indonesia. Malaysia silahkan punya sendiri Singapura sendiri yang jelas jangan Indonesia diganggu," katanya.

Artha menilai, berdasarkan pengalaman sebelumnya, pernah terjadi cekcok antarsesama jamaah. Sebab, mereka saling berebut fasilitas yang terbatas. Menurut dia, jamaah haji Indonesia punya kebiasaan mengalah, sehingga mudah dimanfaatkan jamaah dari negara lain.

"Ini tidak boleh terjadi lagi kita sudah ingatkan ini sudah masuk tahun ketiga," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement