Kamis 13 Jun 2019 15:17 WIB

Kehadiran Klub Malam di Jeddah Hebohkan Jagat Maya Saudi

Kehadiran klub malam di Jeddah diklaim tak akan sajikan alkohol.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nashih Nashrullah
Suasana festival di Kota Tua Jeddah, Kamis (20/9). Festival itu digelar terkait peringatan  Hari Nasional Arab Saudi yang akan jatuh pada 23 September nanti.
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Suasana festival di Kota Tua Jeddah, Kamis (20/9). Festival itu digelar terkait peringatan Hari Nasional Arab Saudi yang akan jatuh pada 23 September nanti.

IHRAM.CO.ID, JEDDAH — Pengumuman pembukaan klub malam di Jeddah, Arab Saudi menghebohkan warga net, khususnya media sosial Twitter. WHITE, nama klub malam yang berbasis di Dubai akan diresmikan di Kota Jeddah pada akhir pekan ini. 

Seperti dilasir di The Peninsula Qatar pada Kamis (13/6), banyak warga net mengungkapkan ketidakpuasan atas keberadaan klub malam itu di dekat Makkah. 

Baca Juga

Kerajaan Arab Saudi (KSA) mengalami keterbukaan dalam beberapa tahun terakhir, setelah keberadaan Otoritas Umum untuk Hiburan. Lembaga tersebut bertugas mengembangkan sektor hiburan di Saudi.  

Setelah Dubai dan Beirut, WHITE membuka cabang baru di tepi laut di Jeddah. Kendati berlabel klub malam, tetapi alkohol tidak diizinkan diperjualbelikan di sana. 

Klub malam itu beroperasi mulai pukul 22.00 hingga 03.00 waktu setempat. Pengelola melarang seseorang berusia di bawah 18 tahun masuk ke klub. 

Sebuah video persiapan pembukaan klub malam beredar di Twitter. Video itu dinarasikan bahwa klub malam tersebut sebagai tempat berkumpul keluarga.

Pengunjung cukup membayar sebesar 500 riyal (sekitar Rp 1,9 juta) hingga 1.000 riyal (sekitar (Rp 3,8 juta) untuk bisa masuk ke klub. Ketua Otoritas Umum, Turki Al-Sheikh enggan mengomentari perdebatan itu saat memberi keterangan pada BBC

Namun, Manajer Komunikasi White Telecom, Serge Trad, memastikan klub malam itu sejalan dengan peraturan Saudi. Banyak warga net mengeluh bahwa klub malam tersebut bertentangan dengan agama, adat istiadat, dan hukum di negara itu.

"Lebih dari 80 persen orang Saudi tidak menginginkan hiburan ini. Kami adalah orang yang konservatif, dan cita-cita kesederhanaan tertanam dalam diri kami, tetapi mereka yang duduk di liberalisme tidak pernah mewakili rakyat Saudi,” kata Ibrahim.  

Sejumlah orang menuntut kembalinya Komisi untuk Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan (polisi agama) yang memberlakukan moral Islam, menghentikan, dan menangkap siapa pun yang melanggar nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam. Pemerintah Saudi dituding telah melemahkan Otoritas Polisi Agama, serta mencegah mereka menangkap dan menuntut orang pada 2016.   

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement