IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Pengembangan perusahaan rintisan (startup) umrah digital menjadi fokus utama realisasi nota kesepahaman antara pemerintah Indonesia dan Kerajaan Arab Saudi baru-baru ini. Beberapa tahapan mulai dilakukan dua unicorn asal Tanah Air, yakni Tokopedia dan Traveloka. Di antara bentuk persiapan itu adalah merancang prototipe umrah digital.
Sebelumnya, Indonesia dan Arab Saudi bekerja sama dalam mewujudkan startup aplikasi umrah. Di antara pokok-pokok pembahasan ialah seputar bentuk kerja sama dan model investasi, rencana pengembangan produk, layanan untuk solusi umrah, hingga kemungkinan adanya pemberdayaan dan keterlibatan sektor usaha kecil menengah (UKM).
“Kita harus dorong sektor swasta, peran pemerintah bukan sebagai regulator, tetapi memfasilitasi, membuka jalan, bahkan mengakselerasi. Jangan sampai Indonesia menjadi pasar terus,” ujar Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara, dalam konferensi pers usai penandatanganan nota kesepahaman itu di Riyadh, Kamis (4/7) waktu setempat, seperti dikutip rilis kepada Ihram.co.id.
Ia menyampaikan, potensi jamaah umrah asal Indonesia sangat tinggi. Sebagai contoh, pada 2018 jumlah jamaah umrah dari Tanah Air mencapai 1 juta orang.
Bagi pemerintah Arab Saudi, pengembangan startup akan menguatkan diversifikasi ekonomi demi pencapaian Visi 2030.
Salah satunya dengan menciptakan ruang inovasi dan investasi generasi muda Arab Saudi, serta meningkatkan kompetensi di bidang industri digital yang melibatkan sektor UKM. Sementara bagi Indonesia, aplikasi ini bisa mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi digital.
“Jadi sebenarnya benefitnya juga untuk Indonesia, untuk unicorn Indonesia, pebisnis asal Indonesia, dan untuk masyarakat Indonesia,” tutur Menkominfo.
Untuk diketahui, Indonesia-Arab Saudi melakukan kerja sama untuk membangun umrah digital, dimana pengelolaannya akan transparan dan bisa dipantau secara online. Ini untuk menjawab tantangan pengelolaan umrah dengan minat jamaah yang besar, karena masih adanya biro travel yang tidak bertanggung jawab dan melakukan penipuan.
Inilah salah satu hal yang ingin diantisipasi pemerintah melalui pengembangan Kolaborasi Digital Indonesia-Arab Saudi. “Nanti akan ada fintech-nya untuk pendanaan, ada logistiknya untuk mengantar barang. Itulah mengapa semua harus terintegrasi,” ujar Menkominfo.