IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Setiap Muslim tentunya ingin menunaikan ibadah haji secara sempurna. Ketika kembali ke Tanah Air, jamaah haji umumnya berharap dapat menyandang predikat mabrur.
Menurut anggota Amirul Hajj Yusnar Yusuf Rangkuti, predikat haji mabrur sudah sepantasnya menjadi impian setiap Muslim karena balasannya dari Allah adalah surga. Ini merujuk pada sabda Rasulullah SAW, “Tiada balasan bagi haji mabrur selain surga” (HR Bukhari).
Bagaimana ciri-ciri haji yang mabrur? Yusnar mencontohkan dari yang tampak zahir, yakni jika seseorang yang biasanya memiliki emosi tak terkontrol. Setelah menunaikan ibadah haji, orang tersebut berubah menjadi penyabar dan pemaaf. Maka dari itu, dia dapat dikatakan telah pantas menyandang predikat haji mabrur.
“Sadar dia bahwa manusia itu bisa mengendalikan diri. Jadi, yang dicari dia adalah nafsu mutmainnah atau nafsu yang bisa dikendalikan dengan tenang, nyaman. Itu salah satu ciri (haji mabrur),” kata Ketua Umum PB Al Washliyah itu kepada Ihram.co.id, Senin (22/7).
Lantas, bagaimana cara memeroleh predikat haji mabrur? Tentu mesti diawali dengan niat yang tulus, ikhlas hanya mengharap ridha-Nya. Yusnar meminta setiap calon jamaah haji untuk memasang niat demikian sejak dari Tanah Air. Intinya, dalam hal beribadah, serahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT.
Berhaji memerlukan pengorbanan yang tak sedikit. Dari segi fisik, misalnya, seseorang yang menunaikan rukun Islam kelima itu bisa datang dari pelbagai penjuru dunia. Semuanya menuju ke Makkah, salah satu kota suci dalam pandangan Islam.
Ada yang datang ke Tanah Suci dengan berjalan kaki, dalam kondisi kumal, atau menunggangi unta. Ada yang melalui jalur penerbangan dan pelayaran, dengan waktu tempuh yang lama dan melelahkan. Memang, berhaji berarti mesti siap berletih-letih.
Dengan meluruskan niat semata-mata karena Allah SWT, maka beban fisik akan terasa ringan. Pada akhirnya, insya Allah, predikat haji mabrur dapat diraih.
“Banyak sekali rahasia dari haji. Diampunkan dosanya oleh Allah SWT. Itu sifatnya gaib,” ujar Yusnar.
Rahasia Allah
Apakah seseorang dapat mengetahui bila ibadahnya diterima atau tidak oleh Allah? Yusnar menjawab, tidak. Namun, lanjutnya, seorang yang beriman mesti selalu berprasangka baik kepada Allah SWT. Harapkanlah selalu ampunan-Nya.
“Itu (soal apakah dapat mengetahui amalan diterima atau ditolak --Red) pertanyaan spesifik dan otorisasi atau kekuasaan Allah SWT,” kata dia.
Persiapan yang paling diperlukan untuk bisa mencapai predikat mabrur ialah sikap sabar.
Sikap tersebut bermakna meminta ampun dan mencari ridha Allah SWT saja. Memang, kondisi iman seseorang dapat naik-turun. Maka dari itu, jamaah dianjurkan untuk banyak meminta ampun kepada Allah SWT.
Istilah haji mabrur sudah ada sejak ibadah haji wajib bagi yang mampu. Islam selalu memberi peluang kepada umatnya untuk bisa meminta ampunan kepada Allah SWT.
“Mabrur itu tentang perubahan sikap. Jadi, diterima atau tidak (ibadahnya), bisa kita lihat dari sikapnya setelah pulang,” ujarnya.
“Pergi haji itu harus capai. Kalau bersenang-senang, itu artinya wisata. Capai secara fisik dan pemikiran, itu ketentuannya. Nanti dia (jamaah) akan mendapatkan manfaat dari bercapai-capai itu,” simpul Yusnar.