IHRAM.CO.ID, MADINAH -- Hari Jumat, 26 Juli 2019, merupakan Jumat pertama saya melaksanakan shalat di Masjid Nabawi, Madinah. Padahal, sudah lebih dari 20 hari saya dan teman-teman tinggal di Madinah untuk melaksanakan tugas sebagai petugas haji Indonesia dalam Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Tahun 2019.
Sebelumnya, pada Jumat, 5 Juli 2019, saya shalat Jumat di masjid di Terminal Hijrah, 200 km dari Kota Madinah. Jumat kedua, saya shalat Jumat di Masjid Bir Ali, lalu Jumat ketiga saya shalat Jumat di Masjid Jabal Uhud sambil sebelumnya meliput situasi di sana.
Jadi, Jumat kemarin itulah shalat Jumat pertama saya di Nabawi. Pada awalnya sama saja dengan shalat Jumat lainnya, didahului dengan azan pertama, shalat sunat, dan khatib naik mimbar, lalu azan kedua. Selesai azan, khatib mulai berkhutbah. Dalam khutbahnya, khatib mengharapkan umat Islam senantiasa bertakwa kepada Allah SWT dan melaksanakan ajaran Islam dengan sempurna.
Khatib menyampaikan bahwa beruntunglah mereka yang menjalankan ibadah haji ke Tanah Suci. Tak lupa, Khatib juga mendoakan Khadimul Haramain, Raja Arab Saudi sebagai penutup khutbahnya.
Shalat Jumat pun mulai dilaksanakan. Rakaat pertama, Imam membaca surah al-Zalzalah yang menjadi favorit saya karena maknanya yang luar biasa. Surat ini menggambarkan akhir zaman dan bumi yang hancur.
Hati begitu bergetar haru dan penuh ketakutan akan azab Allah saat mendengar surat itu. Sanggupkah saya menghadapi akhir zaman itu? Saya khawatir merasa belum cukup bekal meninggalkan dunia ini.
Tak terasa air mata membasahi baju, beberapa menetesi karpet merah di Masjid Nabawi saat rukuk, dan menderas saat sujud. Isak tangis dan keharuan mulai terasa menjalar ke jamaah lainnya.
Masuk rakaat kedua, keharuan masih tersisa dan, lagi-lagi, imam membaca surah al-Qariah, juga bercerita tentang hari akhir. Betapa dahsyatnya dan mengerikannya gambaran kiamat dalam surat tersebut tentang kehancuran jagat semesta ini. Isak tangis mulai terdengar dari sejumlah jamaah yang rupanya merasakan keharuan dan ketakutan yang sama.
Isakannya menyayat hati seakan mereka baru saja ditinggalkan orang-orang terkasih atau merasa kesakitan yang hebat. Dalam sujud, tangisan kembali menderu.
Benar-benar shalat Jumat yang berbeda dibandingkan ketiga shalat Jumat lain yang sebelumnya saya ikuti di Tanah Suci. Semoga Allah mengampuni dosa saya, istri, anak-anak, dan seluruh umat Islam di dunia. Sungguh, Jumat pertama di Masjid Nabawi yang mengharukan.