REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Ada anggapan bahwa jamaah haji Indonesia gemar menunjukkan sikap ramah-tamah, bahkan akrab, kepada jamaah asal negara-negara lain selama di Tanah Suci. Persepsi demikian mungkin ada benarnya. Buktinya, saya menyaksikan seorang jamaah haji asal Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Sebut saja namanya Markaban.
Saya ingat, beberapa hari lalu Markaban tampak begitu bersemangat menuju Masjid Nabawi, Madinah. Dia mengenakan baju berwarna biru, sarung merah, serban, serta kopiah. Tak lupa, kaca mata hitam. Penampilannya terlihat mantap, penuh percaya diri.
Usianya terbilang muda, kisaran 45 tahun. Dengan penampilan demikian, dia menyapa beberapa jamaah haji asal India yang sedang berjalan-jalan di sekitar Masjid Nabawi.
Selama di Tanah Suci, saya mendapati jamaah asal India, Bangladesh, atau Pakistan cukup mudah dikenali dari gaya pakaian dan penampilan mereka. Jamaah dari Afghanistan umumnya selalu menggunakan rompi berwarna dominan biru, terutama untuk laki-laki. Di bagian belakang rompi itu tertulis, "Afghanistan." Adapun jamaah asal India dapat dikenali dari rupa wajah mereka, pakaian yang mereka kenakan, serta tas.
Inilah Markaban. Dia dengan bersemangat mendatangi jamaah asal India itu. Dengan logat yang khas, ia menyapa mereka dalam bahasa Madura.
"India areah? Sampeyan India, ya?," kata Markaban yang lantas menunjuk gantungan kartu identitas (ID card) yang menunjukkan bendera India.
Seorang jamaah haji asal Madura tampak bercengkerama dengan jamaah haji asal India di dekat Masjid Nabawi, Madinah, Jumat (26/7)
Mendapat sapaan demikian, tiga orang India itu sejurus kemudian tertawa, tetapi lantas tersenyum ramah. Mereka sebatas menjawab bahwa mereka betul berasal dari India.
“Buleh Indonesia (saya Indonesia),” kata Markaban lagi. Dia kemudian mencoba mengajak berbincang jamaah India yang baru saja disapanya itu.
Tentu saja, ada kendala bahasa. Orang-orang India itu tak bisa memahami maksud pembicaraan Markaban. Ketiganya hanya tersenyum dan mengucapkan salam, “Assalamu’alaikum." Mungkin maksudnya menyudahi percakapan.
Markaban pun menjawabnya, "Wa’alaikumussalam.”