IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Penyelenggaraan haji yang berkaitan dengan jamaah Indonesia dinilai berjalan sesuai dengan harapan. Menurut pihak Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Agama (Kemenag), fasilitas layanan untuk jamaah haji asal Indonesia--mulai dari akomodasi, transportasi, hingga katering--berlangsung dengan cukup baik.
“Memang belum semua kami pantau, tapi secara umum, mulai dari akomodasi (pemondokan), transportasi, dan katering, cukup baik dan sesuai dengan harapan,” kata Muhammad Tambrin, sekretaris Inspektorat Jenderal Kemenag, kepada Ihram.co.id saat diwawancarai di dalam bus Shalawat yang membawanya ke Jarwal dari Terminal Syib Amir, Makkah, Senin (5/8).
Tambrin menjelaskan, selama empat hari di Tanah Suci, ia tidak menemukan hal-hal prinsipil yang berdampak tidak baik kepada jamaah haji. Bahkan, ia memuji layanan yang sudah ada.
“Untuk transportasi, dari beberapa yang kami coba, baik armada bus Shalawat yang diinisiasi oleh pemerintah seperti Saptco, maupun yang dikelola semacam organda di Arab (rawahil), semuanya berjalan baik. Belum ada keluhan,” kata dia.
Tambrin menyebutkan, fasilitas bus shalawat untuk jamaah seperti kursi, AC (air conditioning), dan lainnya, terbilang cukup baik. Demikian juga untuk jadwal keberangkatan, semuanya sesuai dengan harapan jamaah.
“Untuk ke masjid atau saat kembali, bus selalu sedia. Kalau pun harus menunggu, juga tidak terlalu lama karena banyaknya penumpang,” terangnya.
Sekretaris Inspektorat Jenderal (Itjen) Kemenag, Muhammad Tambrin, berbincang dengan jamaah haji asal Pati dan Demak, mengenai layanan transportasi bus shalawat, Senin (5/8). Itjen melakukan pengawasan agar penyelenggaraan haji berjalan baik dan memastikan jamaah mendapatkan layanan yang prima.
Demikian pula untuk konsumsi, diakuinya sangat memuaskan. “Menunya jelas khas Nusantara, sesuai dengan lidah orang Indonesia,” katanya.
Komentar Jamaah
Tambrin juga sempat berbincang dengan jamaah asal Pati dan Demak untuk memastikan layanan berjalan baik, mulai dari katering, transportasi, dan akomodasi. “Mereka (jamaah --Red) mengakui untuk konsumsi sangat baik dan cukup memuaskan,” kata dia.
Kalaupun ada yang perlu perbaikan dari katering, kata Tambrin, hal itu terkait dengan selera jamaah. “Terkadang ada jamaah yang inginnya pedas. Tapi ada pula jamaah yang tidak bisa dengan yang pedas,” ungkapnya.
Karena itu, dia sangat senang dengan pembagian daerah berdasarkan zonasi yang sudah dilakukan. Dengan sistem zonasi ini, ungkapnya, akan memudahkan pengelola katering menyediakan sesuai kebiasaan masyarakat daerah tertentu.
“Misalnya, daerah Sulawesi menyukai masakan pedas, nah, pembagian zonasi ini sangat memungkinkan terpenuhi,” kata dia.
Zonasi Dinilai Memudahkan
Sementara itu, mengenai akomodasi (hotel atau pemondokan), diakui Tambrin, sangat baik. “Hotel atau pemondokan untuk jamaah sangat dekat dan mudah diakses dengan menggunakan bus shalawat. Sehingga mereka mau bepergian dari Masjidil Haram atau mau ke Masjidil Haram juga sangat nyaman,” paparnya.
Sebagaimana diketahui, pembagian zonasi memungkinkan akses dan kemudahan bagi jamaah haji. Baik terkait menu makanan, maupun adanya keperluan terkait masalah pengantaran jamaah berdasarkan zonasi.
Untuk perbaikan akomodasi, kata dia, sejumlah jamaah yang ditemuinya berharap ada hotel yang menyediakan fasilitas tempat mencuci dan menjemur pakaian. “Memang tidak semua, tetapi ada yang jamaahnya kerepotan kalau mau mencuci atau menjemur. Semoga ke depan bisa diperbaiki,” terangnya.
Namun demikian, Tambrin mengakui, secara keseluruhan, layanan ATK (akomodasi, transportasi, dan konsumsi), berjalan sangat baik. “Sudah cukup baik, dan kalau pun ada perbaikan, tidak terlalu banyak,” kata dia.