Kamis 29 Aug 2019 12:13 WIB

Melayani Jamaah Haji: Kemuliaan dan Kehormatan

Dalam benak petugas Haji tertanam kehormatan menjadi para pelayan dhuyufurrahman.

Petugas melakukan pengecekan dan pendataan setiap bus yang membawa rombongan jamaah haji menuju Madinah, di Terminal Hijrah, Senin (26/8). Setiap bus yang membawa jamaah haji wajib berhenti di Terminal Hijrah ini sebelum masuk Madinah untuk melaporkan jumlah penumpang dan kelengkapan identitas jamaah haji.
Foto: Republika/Syahruddin El-Fikri
Petugas melakukan pengecekan dan pendataan setiap bus yang membawa rombongan jamaah haji menuju Madinah, di Terminal Hijrah, Senin (26/8). Setiap bus yang membawa jamaah haji wajib berhenti di Terminal Hijrah ini sebelum masuk Madinah untuk melaporkan jumlah penumpang dan kelengkapan identitas jamaah haji.

Oleh: H. Arsyad Hidayat, Lc, MA (PPIH Arab Saudi/Kepala Daerah Kerja Bandara Jeddah - Madinah)

"Mas kapan pulang ke Indonesia", pertanyaan polos tersebut disampaikan seorang jamaah SUB 34 kepada seorang petugas haji yang sedang melayaninya di Bandara. Sambil tersipu petugas tersebut menjawab, "Masih lama pak, mgkn sekitar 20 harian lagi".

"Emang sudah berapa lama di Saudi ?" tanyanya jamah yang ingin mengetahui lebih mendalam. "baru 53 hari pak haji", jawabnya petugas haji sambil menoleh ke kiri kanan karena masih khawatir sebagian jamaah belum mendaptkan tempat duduk di Lounge Eyab Jeddah.

"Lama amat mas", Jawab jamaah sambil menyembunyikan kekagumannya. Itulah sekilas percakapan jamaah dengan para petugas haji di masa pemulangan jamaah ke tanah air.

Para petugas haji rela berlama lama meninggalkan sanak keluarga, sahabat dan kerabat hanya utk melaksanakan tugas melayani para dhuyufurrahman (tamu tamu Allah).

Khidmah sekaligus berhaji umumnya motif mereka. Klise mungkin mendengarnya, tapi itulah kenyataannya. Dengan melepas seluruh atribut yg dimilikinya di tanah air, mereka rela menggendong jamah, menuntun, mengarahkan, menjawab setiap pertanyaan dengan sabar, memberikan minum, menyuapi makan, menunduk, merendah bahkan sampai membersihkan kotorannya. Itulah pekerjaan yg dilakukan para khadimu (pelayan) dhuyufurrahman.

Tidak sedikit pun pekerjaan pekerjaan tersebut membuat mereka hina, malu atau rendah diri. Justru hal itu dilakukannya dengan sabar, teliti dan penuh perhatian. Setiap senyuman yang terurai serta doa dan ucapan terima kasih jemaah menjadi suntikan dan penambah semangat bagi para khadim untuk bekerja dan berkhidmah lebih baik lagi.

Sanjungan dan pujian kerap merek dapatkan namun tidak sedikit dari jamaah yang masih nyinyir, kritis, tidak peduli atau melontarkan sindiran dengan menyebutnya petugas tdk profesional dan kurang sigap. Itu semua tidak pernah menjadi halangan bagi mereka untuk tetap setia melayani atau menurunkan semangat pengabdian serta dedikasi bagi para peziarah Baitullah.

Dalam benak mereka tertanam kehormatan dan kebanggaan menjadi para pelayan dhuyufurrahman. Karena mereka yakin bahwa Allah lah yang sebenarnya telah memilih mereka untuk melayani tamu-tamu Nya. Khidmatul hujjaj syarafun wa tahiyyatun lana (Melayani jamaah haji merupakan kemulyaan dan kehormatan) menjadi semboyan kapan dan dimana pun para petugas haji melakukan pengabdian dan khidmah kepada para jamaah haji.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement