IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Direktur Utama Rumah Sakit Jakarta, dr. Syarief Hasan Luthfie mengapresiasi penyusunan kurikulum pelatihan integrasi untuk tenaga kesehatan haji Indonesia (TKHI). Menurut dia, penyusunan materi kurikulum tersebut sangat bagus jika dikoordinasikan dengan Kementerian Agama.
“Menurut saya bagus kalau memang dikoordinasikan satu pintu,” ujar dr. Syarief kepada Republika.co.id usai menjadi pembicara dalam seminar kesehata haji dan umrah di Asrama Haji Jakarta, Pondok Gede, Jakarta Timur, Rabu (6.11).
Dosen UIN Syarif Hidayatullah ini mengatakan, petugas kesehatan haji memang harus mempunyai setifikasi atau standarisasi terkait dengan pengetahuan kesehatannya sebagai profesional dan juga pengetahuan keagamannya, khususnya tentang haji. Karena itu, perlu adanya kurikulum itu.
“Jadi antara kurikulum Kemenag dan Kemenkes itu harus jadi satu, sehingga nanti yang mengeluarkan sertifikatnya layaknya adalah Kemenag, karena dia sebagai penanggung jawab UU nomor 8 tahun 2017,” ucapnya.
Dia pun menyarankan agar kurikulum petugas kesehatan haji tersebut dibuat berdasarkan kajian-kajian yang valid, serta menerima masukan dari para narasumber dari Kemenkes maupun dari Kemenag.
“Sehingga kurikulum itu akan memberikan suatu nilai atau bobot yang nantinya bisa dievaluasi untuk kualitasnya bisa ditingkatkan,” jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, Pusat Kesehatan Haji (Puskeshaji) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menyelesaikan tahap pertama penyusunan kurikulum pelatihan integrasi untuk tenaga kesehatan haji Indonesia (TKHI). Tim penyusun kurikulum pelatihan integrasi akan kembali melanjutkan penyusunan kurikulum pada 11 November.
Pertemuan penyusunan kurikulum pelatihan integrasi untuk TKHI tahap awal telah selesai," kata Kabid Pemberdayaan Sumber Daya Kesehatan dan Fasilitasi Pelayanan Kesehatan Pusat Kesehatan Haji, Indro Murwoko saat dihubungi, Rabu (6/11).