REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Dr Muhammad Ilyas Abdul Ghani dalam bukunya Sejarah Makkah menyebutkan, Imam Bukhari, salah seorang imam hadits terkemuka, meriwayatkan, ketika Nabi sampai di Qarn Al Manazil (Qarnul Manazil), Jibril datang dan mengatakan kepada beliau:
“Sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan dan penolakan kaummu itu atasmu. Dan Allah telah mengutus kepadamu Malaikat Penjaga Gunung agar kamu dapat memerintahnya sesuai dengan keinginanmu untuk membalas mereka. “ Malaikat Penjaga Gunung itu lalu memanggilku dan mengucapkan salam kepadaku, lalu berkata: “Hai Muhammad, apa yang engkau inginkan. Jika engkau ingin aku menimpakan atas mereka dua gunung ini (Gunung Kubais dan Gunung Qaiqu’an/keduanya disebut Al Akhsyaban), maka akan aku lakukan.”
Kemudian Nabi menjawab: “Aku malah mengharap agar Allah menjadikan anak cucu mereka orang yang menyembah-Nya, meng-Esakan-Nya, dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu."
Menurut Muhammad Ilyas Abdul Ghani, sejarah Qarnul Manazil ini memiliki keterkaitan dengan kisah Nabi Muhammad SAW di Thaif. Yaitu kisah pertemuan Nabi dengan Malaikat Jibril. Ketika itu, dalam tahun ke-10 kenabian (619 M), Nabi pulang dari Thaif dalam keadaan sedih atas sikap dan perlakuan penduduk Makkah dan Thaif terhadap beliau. Setelah pulang dari Thaif menuju Makkah inilah, Nabi dan Malaikat Jibril bertemu di Qarnul Manazil.
Saat ini, Qarnul Manazil adalah salah satu miqat (tempat dimulainya umroh dan haji) adalah di Qarnul Manazil atau Al Sail Al Kabir. Lokasinya berjarak 94 kilometer di sebelah timur Kota Makkah.
Miqat ini diperuntukkan bagi jamaah haji yang datang dari arah Najd atau Riyadh. Selain itu, diperuntukkan bagi jamaah haji yang berasal dari timur Kota Makkah.
Di sini, ada Masjid Qarnul Manazil sebagai tempat jamaah umroh atau haji mengambil persiapan miqot dan memulai ihram. Beberapa waktu lalu, Republika menyaksikan masjidnya memiliki halaman yang luas dan bersih. Kamar mandinya bersih, ada tempat mandinya juga. Dan, tempat wudhunya juga banyak.
Di luar masjid, terdapat banyak warung pedagang yang berbaris rapih dalam bentuk pertokoan. Mereka umumnya menjual pakaian dan berbagai perlengkapan umroh dan haji. Tidak terlihat ada penjual makanan di tempat ini.