REPUBLIKA.CO.ID, Era kekuasaan Dinasti Mamluk di Yordania berakhir pada 1516 M, setelah ditaklukkan Kerajaan Usmani Turki. Selama empat abad lamanya (1516 M - 1918 M), Yordania berada dalam kekuasaan Ottoman. Inilah periode stagnasi bagi wilayah yang luasnya mencapai 88.947 kilometer.
Imperium Usmani Turki tertarik untuk menguasai Yordania lantaran letak geografisnya yang strategis. Ottoman merasa perlu mengendalikan Yordania, karena wilayah itu merupakan rute yang biasa dilalui oleh umat Islam yang ingin menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci, Makkah.
Penguasa Kerajaan Usmani Turki pun membangun beberapa benteng segi empat di Qasr al-Dab'a, Qasr Qatraneh, dan Qal'at Hasa untuk melindungi jamaah haji dari gangguan suku-suku di padang pasir.
Bangunan pelindung itu juga menyediakan makanan dan air bagi rombongan jamaah haji dari Turki yang hendak menunaikan rukun Islam kelima.
Pemerintahan Turki Usmani di Yordania terbilang lemah. Sebab, tak mampu mengendalikan suku Bedouin. Di era kekuasaan Ottoman, kemajuan yang pernah dicapai masyarakat Yordania cenderung menyurut. Begitu banyak kota dan perkampungan yang terabaikan. Sektor pertanian menurun, Keluarga dan susku-suku di wilayah itu cenderung berpindah dari satu perkampungan ke perkampungan yang lain.
Tak heran, jika jumlah penduduk Yordania pun terus menyusut. Populasi Yordania mulai bertambah ketika gelombang imigran dari Suriah dan Palestina berdatangan ke wilayah itu untuk menghindari tingginya pajak. Selain itu, Muslim Circassian dan Chechens asal Rusia juga banyak yang pindah dan bermukim di Yordania.
Era kekuasaan Turki Usmani ditandai dengan pembangunan infrastruktur Yordania, seperti Istana As-Qatraneh untuk melindungi jamaah haji. Selain itu, penguasa Usmani juga membangun sekolah, tempat pemandian, sumur, penampungan anak yatim, serta tentu saja membangun masjid.
Pembangunan infrastruktur yang paling penting yang dilakukan penguasa Usmani adalah pengerjaan proyek jalur kereta api Hijaz yang menghubungkan Damaskus ke kota Madinah al-Munawarah pada 1908.