REPUBLIKA.CO.ID, TAIF -- Masjid Addas merupakan salah satu situs Islam yang ada di Kota Taif. Jaraknya sekitar 90 kilometer dari Masjidil Haram di Kota Makkah.
Berdasarkan penuturan masyarakat setempat, Masjid Addas ini memiliki keterkaitan dengan seorang pemuda bernama Addas. Di mana, dia adalah seorang budak beragama Nasrani yang masuk Islam setelah menolong nabi saat mengunjungi kebun anggur.
Karena itu, pada masa-masa awal Islam, masyarakat Thif yang sudah memeluk Islam kemudian membangun masjid. Dan, masjid itu diberi nama Addas untuk mengenang pemuda yang bertemu nabi di kebun anggur tadi.
Secara lengkap, Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri, seorang sejarawan muslim terkemuka yang memenangkan penulisan sejarah Nabi Muhammad yang diadakan oleh Rabithah Alam Islamy, menuliskan asal mula kisah Addas ini. Dia mengutip penjelasan dari sejarawan Islam abad-abad pertama hijriyah, Ibnu Hisyam.
Kisahnya dimulai ketika bulan Syawal tahun ke-19 kenabian atau tepatnya pada penghujung bulan Mei atau awal Juni tahun 619 M, Nabi mengunjungi Kota Thif yang jaraknya puluhan kilometer dari Kota Makkah.
Beliau datang dan pergi ke sana dengan berjalan kaki didampingi oleh anak angkat beliau, Zaid bin Haritsah. Untuk diketahui, Thaif adalah sebuah dataran tinggi yang sejuk. Untuk ke Thaif dari Makkah, dilalui dengan jalur menanjak.
Setiap melewati suatu kabilah, beliau mengajak mereka untuk memeluk Islam. Namun, tak satu kabilah pun yang meresponsnya. Tatkala di Thaif, beliau mendatangi tiga orang bersaudara yang merupakan para pemuka Kabilah Tsaqif.
Mereka masing-masing bernama Yala'il, Mas'ud, dan Habib. Ketiganya adalah putra dari Amir bin Umair Ats-Tsaqafi. Beliau duduk-duduk bersama mereka sambil mengajak kepada Allah dan membela Islam.
Salah seorang dari mereka berkata, "Jika Allah benar-benar mengutusmu, maka dia akan merobek-robek pakaian Ka'bah."
Yang seorang lagi berkata, "Apakah Allah tidak menemukan orang selain dirimu?"
Orang terakhir berkata, "Demi Allah! Aku sekali-kali tidak akan mau berbicara denganmu!"
(Mendengar hal tersebut) Nabi berdiri untuk meninggalkan mereka seraya berkata, "Jika kalian melakukan apa yang kalian lakukan (Maksudnya menolak ajakan Nabi), maka kalian menyia-nyiakan aku."
Nabi tinggal di tengah penduduk Thaif selama 10 hari. Selama masa itu dia tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bertemu dan berbicara dengan para pemuka mereka.
Sebaliknya, jawaban mereka hanyalah "Keluarlah engkau dari negeri kami." Mereka membiarkan Nabi menjadi bulan-bulanan orang tak bermoral di kalangan mereka. Mereka mencaci maki nabi, melempari Nabi dengan batu hingga tumitnya bersimbah darah dan memaki-maki nabi dengan ucapan kotor.
Zaid bin Haritsah yang bersama beliau menjadikan dirinya sebagai perisai untuk melindungi diri Nabi. Tindakan ini mengakibatkan kepalanya mengalami luka-luka.
Sementara, orang-orang Taif itu terus saja melempari Nabi dan Zaid. Akhirnya, keduanya terpaksa harus berlindung ke kebun milik Utbah dan Syaibah bin Rabi'ah yang terletak 3 mil dari Kota Taif.
Nabi kemudian menghampiri sebuah pohon anggur lalu duduk-duduk di bawah naungannya menghadap ke kebun. Setelah duduk dan merasa tenang kembali, beliau berdoa dengan doa yang mahsyur.
Doa yang menggambarkan betapa hati beliau dipenuhi rasa getir dan sedih terhadap sikap keras yang dialaminya. Nabi pun mengadu kepada Allah.
"Ya Allah!, sesungguhnya kepadaMu-lah aku mengadukan kelemahan diriku, sedikitnya upayaku serta hina dinanya diriku di hadapn manusia, wahai Yang Maha Pengasih di antara para pengasih! Engkau adalah Rabb orang-orang yang tertindas, Engkaulah Rabbku, kepada siapa lagi Engkau menyerahkan diriku? (Apakah) kepada orang lain yang selalu bermuka masam terhadapku? Atau kepada musuh yang telah menguasai urusanku? Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka aku tidak peduli, akan tetapi ampunan yang Engkau anugerahkan adalah lebih luas bagiku. Aku berlindung dengan perantaraan Nur Wajahmu yang menyinari segenap kegelapan dan yang karenanya urusan dunia dan akhirat menjadi baik agar Engkau tidak turunkan murkaMU kepadaku atau kebencianMu melanda diriku. Engkalulah yang berhak menegurku hingga Engkau menjadi ridha. Tiada daya serta upaya melainkan KarenaMu."
Menyaksikan hal tesebut, rasa belah kasih Uthbah dan Syaibah bin Rabi'ah tergerak. Sehingga, mereka memanggil seorang budak milik mereka yang beragama Nasrani bernama Addas seraya berkata kepadanya, "Ambillah setangkai anggur ini dan antarkan kepada orang tersebut (Nabi)," Tatkala Addas menaruhnya di hadapan Nabi, beliau mengulurkan tangannya untuk mengambilnya dengan membaca 'bismillah", lalu memakannya.
Addas berkata, "Sesungguhnya ucapan ini tidak biasa dicuapkan oleh penduduk negeri ini."
Lantas Nabi bertanya kepada Addas, "Kamu berasal dari negeri mana? Dan apa agamamu?"
Addas menjawab, "Aku seorang Nasrani dari penduduk Ninawa (Nineveh)."
Nabi berkata lagi, "Dari negeri seorang pria shalih bernama Yunus bin Matta?"
Addas berkata, "Apa yang kamu ketahui tentang Yunus bin Matta?"
Nabi menjawab, "Dia adalah saudaraku, dia seorang Nabi, demikian pula dengan diriku."
Addas langsung merengkuh kepala Nabi, kedua tangan dan kedua kaki Nabi pun diciuminya. Sementara, Uthbah dan Syaibah bin Rabi'ah saling berkata satu sama lainnya, "Budakmu itu telah dibuatnya menentangmu."
Maka, tatkala Addas datang, keduanya berkata kepadanya, "Bagaimana kamu ini!Apa yang telah kamu lakukan?"
"Wahai tuanku!Tidak ada sesuatu pun di muka bumi ini yang lebih baik dari orang ini! Dia telah memberitahukan kepadaku suatu hal yang hanya diketahui oleh seorang Nabi," jawab Addas.
Setelah pertemuan itu, Nabi pun pulang menuju Makkah dengan perasaan getir dan sedih serta hati yang hancur lebur. Tatkala sampai di suatu tempat bernama Qarnul Manazil, Allah mengutus Malaikat Jibril bersama Malaikat Penjaga Gunung untuk menunggu perintah Nabi menimpakan gunung kepada penduduk Thaif.
Namun, Nabi malah mendoakan penduduk Taif. Tujuannya, agar mereka kelak menyembah Allah. Dan, saat ini penduduk Taif pun telah memeluk Islam.