REPUBLIKA.CO.ID, Wukuf di Arafah merupakan tiang haji dan rukunnya yang terpenting. Barang siapa meninggalkannya, hajinya batal, dan barang siapa melakukannya, telah aman hajinya.
Jamaah haji Indonesia mulai meninggalkan Makkah menuju Muzdalifah pada 8 Dzulhijah. Keesokan harinya, mereka berangkat menuju Arafah untuk berdiam diri atau wukuf, seperti yang dilakukan Rasulullah ketika berhaji. Jamaah haji boleh langsung menuju Arafah pada 8 Dzulhijah maupun sehari setelahnya.
Rasulullah bersabda, inti dari haji adalah berada di Arafah. "Alhajju 'arafah (Haji adalah wukuf di Arafah).” (Tirmidzi).
Selama di Arafah, jamaah haji dapat memanfaatkan waktu untuk berzikir, bertobat, dan melakukan berbagai ibadah. Fokus untuk beribadah sangat dianjurkan.
Mereka diharapkan tidak memanfaatkan waktu di sana untuk membicarakan hal keduniaan, terlebih membicarakan keburukan, seperti menggunjingkan aib orang lain. Hal tersebut hanya akan mengurangi nilai ibadah haji yang dijalankan.
Pakar ilmu Alquran, Prof Quraish Shihab, dalam bukunya, "Haji dan Umroh", menjelaskan, sangat dianjurkan agar selama wukuf, jamaah haji selalu dalam keadaan suci, menghadap kiblat, dan menenangkan hati serta merasakan kehadiran Allah.
Sangat dianjurkan pula untuk berdoa, baik secara sendiri maupun berkelompok. Doa bisa disampaikan dalam bahasa ibu ataupun Arab sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Sebelum berangkat ke Tanah Suci, kerabat kerap meminta bantuan agar jamaah haji mendoakan mereka agar diberikan rezeki yang berlimpah dan berkah, diberikan keturunan, ataupun diberikan jodoh. Ada banyak permintaan doa. Semua itu bisa disampaikan ketika wukuf di Arafah.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda, "Sebaik-baik doa adalah pada hari Arafah dan sebaik-baik ucapan yang aku dan para nabi sebelumku ucapkan adalah la ilaha illallah wahdahu la syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa 'ala kulli syaiin qadir." (Tirmidzi).
Di samping berdoa, Quraish menjelaskan, jamaah juga bisa memanfaatkan waktu di Arafah untuk membaca Alquran. Membaca ayat-ayat Allah dapat dilakukan dengan memahami maknanya. Bisa juga dengan memahami penjelasan ayat tersebut dengan mendalami tafsir.
Biasanya, jamaah haji selalu memanfaatkan waktu mereka untuk beribadah. Baik di dalam tenda maupun di luar, mereka tak berhenti berzikir ataupun membaca Alquran.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Aisyah, Rasulullah bersabda, "Tidak ada hari di mana Allah SWT membebaskan hamba dari neraka lebih banyak daripada hari Arafah dan sungguh Dia mendekat, lalu membanggakan mereka di depan para malaikat dan berkata, 'Apa yang mereka inginkan?'" (Muslim).
Saat di Arafah, sebaiknya para jamaah haji tidak berpuasa, sebagaimana dicontohkan Rasulullah. Dari Ummul Fadhl binti al-Harits, orang-orang berselisih di dekatnya tentang puasa Nabi SAW. Sebagian mereka berkata Rasulullah berpuasa dan sebagian lagi mengatakan tidak. Maka, Ummul Fadhl mengirimkan secangkir susu saat Rasulullah di atas unta. Rasulullah meminumnya. (Bukhari dan Muslim).
Tidak berpuasa selama di Arafah karena itu lebih mendukung ibadah dan amalan selama di sana. Wukuf di Arafah merupakan pertemuan akbar umat Islam dalam ibadah. Hal ini mengingatkan akan hari dikumpulkannya seluruh makhluk lintas zaman dan generasi di Padang Mahsyar. Hendaknya setiap Muslim menyiapkan dirinya untuk menyambut kedatangan hari itu dengan amal kebaikan.