Selasa 05 May 2020 18:06 WIB

Siapakah Inisiator Perluasan Masjidil Haram Usai Era Rasul?

Perluasan Masjidil Haram dilakukan pertama kali usai Rasulullah Wafat.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Perluasan Masjidil Haram dilakukan pertama kali usai Rasulullah Wafat.  Masjidil Haram 1935
Foto: gahetna.nl
Perluasan Masjidil Haram dilakukan pertama kali usai Rasulullah Wafat. Masjidil Haram 1935

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Umat Islam memiliki masjid yang paling disucikan dan menjadi pusat berkumpulnya Muslim dari berbagai belahan dunia. Masjid itu adalah Masjidil Haram di Makkah, Arab Saudi, yang menjadi tempat berdirinya Ka'bah, kiblat umat Islam.

Selain Ka'bah atau Baitullah, Masjidil Haram juga meliputi maqam Ibrahim, Hijir Isma'il, Sumur Zamzam, serta Bukit Shafa, dan Marwah. 

Baca Juga

Dalam sejarah dan perkembangannya, masjid ini mengalami beberapa kali pembangunan dan renovasi. Bentuk atau rancangan masjid yang ada saat ini telah melewati serangkaian pengembangan dan merupakan buah dari karya arsitek di masa dahulu.

Pada masa Nabi Muhammad SAW, Masjidil Haram berbentuk Ka'bah dan ruang kosong yang dibatasi rumah-rumah penduduk. 

Mengutip buku berjudul "Jejak-jejak Islam; Kamus Sejarah dan Peradaban Islam dari Masa ke Masa" karya Ahmad Rofi' Usmani, perluasan pertama Masjidil Haram dilakukan di masa khalifah Umar Ibn Khattab pada 17 Hijriyah/638 Masehi. Kala itu, ia membeli rumah-rumah di sekitar Ka'bah dan membangun tembok setinggi orang.  

Selanjutnya, perluasan serupa dilakukan oleh khalifah Utsman ibn 'Affan dan dilanjutkan oleh 'Abdullah ibn Al-Zubair oada 64 H/683 M. Pembangunan besar-besaran bangunan peninggalan Nabi Ibrahim dan Ismail ini baru dilakukan pada 75 H/694 M pada masa pemerintahan 'Abdul Malik ibn Marwan, seorang terkemuka dari Dinasti Umawiyah dengan pusat pemerintahannya di Damaskus, Suriah.

Putranya, Al-Walid ibn 'Abdul Malik, kemudian melanjutkan pembangunan Masjid al-Haram. Dengan pembangunan itu, masjid ini memiliki atap, tiang-tiangnya dibuat dari marmer, dinding-dindingnya dihiasi mozaik, dan pintu-pintunya dilapisi emas dan tembaga.

Masjidil Haram mengalami perluasan dua kali lipat di masa penguasa kedua Dinasti Abbasiyah, Abu Ja'far Al-Manshur. Masjid kemudian dilengkapi dengan menara, dan lantai Hijir Isma'il dibuat dari marmer.

Hingga kini, pemugaran dan perluasan Masjidil Haram telah dilakukan beberapa kali oleh sejumlah penguasa Muslim. Mulai dari Sultan Barquq dari Mesir, Sultan Qait-Bey dan para penguasa Dinasti Mamluk. Di masa Dinasti Utmaniyah, tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman Al-Qanuni atau Sulaiman Agung pada 926-973 H/1520 M-1565 M, Ka'bah dan Masjid al-Haram dibangun kembali.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement