REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Kemunculan wabah virus corona (Covid-19) telah mendorong pemerintah di seluruh dunia memperkenalkan langkah-langkah ketat untuk menghentikan penyebarannya. Karena tidak tersedianya vaksin virus corona, langkah jarak sosial pun akan diterapkan di masa mendatang.
Langkah pencegahan virus corona tersebut telah mendorong perusahaan membuat pengaturan untuk bekerja dari rumah bagi karyawannya. Namun, karena tidak ada kejelasan tentang akhir dari wabah virus ini, muncul perdebatan tentang keseimbangan kehidupan kerja.
Sebuah studi baru berjudul "Bagaimana Covid-19 mengubah cara orang bekerja" yang dilakukan perusahaan Cybersecurity Global Kaspersky, mengungkap bagaimana karantina telah mempengaruhi cara orang bekerja dari rumah.
Era 'normal baru' yang saat ini dihadapi para pekerja disebut mulai berdampak pada keseimbangan kehidupan kerja mereka.
Menurut studi itu, hampir sepertiga (31 persen) dari pekerja mengatakan bahwa mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk bekerja daripada sebelumnya.
Namun, 46 persen mengatakan bahwa jumlah waktu yang mereka habiskan untuk kegiatan pribadi meningkat.
Meningkatnya waktu untuk kegiatan pribadi ini mungkin disebabkan fakta bahwa banyak orang tidak perlu menghabiskan waktu untuk bepergian.
Studi tersebut menambahkan, bahwa semakin sulit bagi pekerja untuk memisahkan aktivitas kerja dan pribadi, terutama ketika menyangkut IT.
Selanjutnya, dikatakan bahwa 55 persen pekerja kini membaca lebih banyak berita dibandingkan dengan kehidupan sebelum pandemi. Para pekerja juga kini memiliki kebiasaan menggunakan layanan pribadi untuk bekerja, meningkatnya risiko digital, termasuk pengungkapan informasi sensitif.
Sementara sekitar 42 persen karyawan menggunakan akun email pribadi untuk hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan. Sedangkan 49 persen mengakui penggunaannya meningkat ketika bekerja dari rumah.
Kepala petugas keamanan informasi di Kaspersky, Andrey Evdokimov, mengatakan bahwa organisasi-organisasi tidak bisa hanya memenuhi semua permintaan pengguna, seperti mengizinkan staf untuk menggunakan layanan apapun.
Menurutnya, penting untuk menemukan keseimbangan antara kenyamanan pengguna, kebutuhan bisnis, dan keamanan. "Untuk mencapai hal ini, perusahaan harus menyediakan akses ke layanan berdasarkan pada prinsip hanya menyediakan hak minimum dan yang diperlukan, menerapkan VPN dan menggunakan sistem perusahaan yang aman dan disetujui," kata Andrey," dilansir di Arab News, Selasa (26/5).
Dia menambahkan, jenis perangkat lunak ini mungkin memiliki batasan tertentu yang sedikit mengurangi kegunaan, tetapi menawarkan jaminan yang lebih besar dalam memberikan langkah-langkah keamanan.
Asisten profesor di Universitas Taibah di Madinah, Dr Waquar Ahmad Khan, mengatakan wabah Covid-19 dan penerapan lockdown serta imbauan bekerja dari rumah telah menyebabkan perubahan signifikan dalam cara kerja dan gaya hidup.
Dia menyoroti bahwa bekerja dari rumah memiliki aspek positif dan negatif. "Menjadi akademisi saya dapat mengatakan bahwa mengajar adalah pekerjaan dengan kesesuaian rendah untuk bekerja dari rumah. Mengajar dari jarak jauh tanpa bersosialisasi dapat membahayakan kinerja akademik guru dan siswa dan kesehatan mental," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa ada masalah lain dari budaya kerja yang baru. Menurutnya, dukungan dari rekan-rekan kini lebih sulit ditemukan, setidaknya bertatap muka. Pasalnya, kecemasan tentang masalah kesehatan masyarakat itu sendiri tinggi.
Sedangkan seorang ahli hukum, Majed Al-Hedayan, mengatakan bahwa pandemi telah menyebabkan restrukturisasi konsep komitmen kerja.
Menurutnya, hal ini menjadi pandangan yang ambisius dan optimis yang bertentangan dengan apa yang terjadi sebelum pandemi, bahwa kinerja pekerja berada di bawah tingkat ambisi. "Ini memotivasi entitas publik dan swasta untuk mengadopsi metodologi untuk kerja jarak jauh di periode mendatang setelah pandemi," kata Al-Hedayan.