Rabu 08 Jul 2020 05:05 WIB

Haji Terbatas: Frustrasi Jamaah dan Kesulitan Ekonomi Saudi

Warga Arab Saudi kehilangan pekerjaan akibat Covid-19.

Haji Terbatas: Frustrasi Jamaah dan Kesulitan Ekonomi Saudi
Foto:

Kehilangan mata pencaharian

Pembatalan umrah sejak awal Maret yang menyumbang 20 persen dari Produk Domestik Brutto (PDB) industri nonminyak di Arab Saudi, juga telah menambah kerugian yang lebih luas. Seorang pengemudi asal kota Madinah – tuan rumah lokasi ibadah haji – mengatakan kepada DW bahwa ia dan rekan-rekannya telah menganggur selama empat bulan.

"Kami dulu bekerja setiap hari, itu adalah mata pencaharian kami," kata pria yang tidak ingin disebutkan namanya itu.

Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan kontraksi sekitar 6,8 persen untuk ekonomi Arab Saudi tahun ini, sebagai akibat dari penurunan bersejarah dalam harga minyak dan kerugian lain yang ditimbulkan karena pandemi Covid-19

Arab Saudi telah melakukan langkah-langkah penyelataman ekonomi, seperti penambahan tiga kali lipat pajak pertambahan nilai (PPN) pada tanggal 1 Juli, serta pemotongan tunjangan pemerintah. Hal ini berdampak pada jumlah belanja konsumen warga Arab Saudi, yang telah menurun lebih dari 34 persen pada bulan April dibandingkan dengan waktu yang sama tahun lalu.

photo
Jalanan menuju Jamarat di antara tenda-tenda di Mina tampak dari udara, Senin (12/8). - (Amr Nabil/AP)

Visi 2030 tanpa tujuan

Penutupan haji dan umrah menjadi pukulan keras bagi Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS), yang berencana mendiversifikasi ekonomi lepas dari minyak, menurut antropolog McLoughlin. Menurut hasil penelitian McLoughlin tahun 2019, rencana itu melibatkan peningkatan kuota tahunan haji menjadi 6 juta orang dan jemaah umrah menjadi 30 juta orang pada akhir dekade ini.

“Ekonomi (Arab Saudi) mungkin akan kembali, tetapi tidak mungkin pada skala yang diperkirakan pada tahun 2030,” ujarnya kepada DW.

Ini akan menjadi tantangan bagi kepemimpinan MBS, terutama masalah yang dihadapi generasi mudanya karena visi 2030 menjadi sulit tercapai dan sektor pariwisata juga kesulitan. “Ujian hebat untuk MBS adalah apakah dia bisa menyelamatkan anak-anak muda, dengan pekerjaan di sektor swasta,” tulis Andras Krieg, asisten professor di King’s College London, di outlet berita Middle East Eye.

Tingginya permintaan

Di tengah tuntutan ekonomi, hingga kini belum jelas kapan pihak berwenang akan membuka kembali kegiatan ibadah haji. McLoughlin mengatakan para jemaah, operator tur dan hotel di Mekah bersikap seolah-olah industri akan dibuka kembali akhir tahun ini.

Insiden terowongan Mina tahun 2015 yang disebut sebagai salah satu tragedi bencana terbesar dalam sejarah haji, menuntut otoritas Arab Saudi untuk terus berbenah. “Reputasi Arab Saudi sudah dipertanyakan lewat banyak kritik,” kata McLoughlin.

“Tetapi bagi jamaah biasa, ini tidak mengalahkan cinta mereka, keinginan mereka, emosi mereka, keterikatan mereka, kerinduan mereka untuk berada di tempat-tempat suci, untuk mengunjungi rumah Tuhan dan untuk mengikuti jejak Nabi Muhammad. Dan ini sangat, sangat signifikan dalam hal prospek jangka panjang pariwisata religius.”

https://www.dw.com/id/pembatasan-haji-arab-kesulitan-ekonomi-dan-frustasi/a-54074527

 

 

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement