REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah SWT sangat mencintai suatu amalan ibadah yang dikerjakan pada hari-hari tertentu. Salah satunya adalah amalan yang dilakukan di bulan Dzulhijjah, sebagaimana hadits Nabi yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Sayyidina Abdullah ibn ‘Abbas.
“Tidaklah ada hari-hari yang amal shalih di dalamnya lebih Allah cintai dari hari-hari ini (10 hari pertama bulan Dzulhijjah). Para sahabat beratnya, ‘Termasuk jihad fi sabilillah?’ Rasulullah bersabda, ‘termasuk jihad fi sabilillah. Kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak ada yang kembali sama sekali.”
Melalui hadits tersebut diungkapkan betapa umat Muslim memiliki kesempatan emas untuk melakukan amal shalih yang sangat bernilai istimewa di hadapan Allah.
Berikut ini beberapa amal shalih yang bisa dilakukan pada 10 hari di bulan Dzulhijjah seperti dikutip dari buku Keutamaan 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah karya Sutomo Abu Nashr.
Puasa
Disunahkan berpuasa sembilan hari sebelum hari raya Idul Adha. Dalam sebuah hadits disebutkan:
“Dari Hunaidah ibn Khalid, dari Istrinya, dari istri-istri Nabi saw mereka berkata, “Rasulullah saw biasa berpuasa sembilan hari dibulan Dzulhijjah, berpuasa dihari asyura, berpuasa tiga hari di setiap bulannya, puasa Senin pertama dan hari Kamis setiap bulannya,” (HR Abu Dawud, Ahmad, dan Nasa’i)
Haji
Melakukan ibadah haji jelas memiliki keutamaan sangat penting dalam Islam. Salah satunya adalah menjadi tamu Allah. Kemuliaan lain yang akan diperoleh tamu Allah adalah kemudahan jalan ke surga, karena jika haji mereka mabrur, maka tidak ada balasan dari Allah kecuali surga.
Bahkan sejak di dunia pun, kemuliaan itu juga sudah Allah janjikan. Selain sebagai penghapus dosa-dosa masa silam, haji juga bisa menghapus kemiskinan dan kefaqiran.
Kurban
Imam Nawawi dalam kitabnya Al Majmu’ dengan tegas mengatakan bahwa ibadah kurban itu sunnah bagi yang mampu baik dia orang kota, orang desa, musafir, muqim, termasuk juga jamaah haji yang ingin berkurban.
Yang harus diluruskan adalah pemahaman yang tumbuh di masyarakat bahwa kurban sekali seumur hidup. Padahal kurban bisa dilakukan berulang-ulang seumur hidup selama dia mampu.
Dzikir
“Tidak ada hari-hari yang lebih Agung di sisi Allah dan lebih dicintai oleh Allah amalan-amalannya dari hari-hari sepuluh awal Dzulhijjah. Maka perbanyaklah di hari-hari itu membaca tahlil, takbir dan tahmid,” (Ahmad ibn Hanbal, Al Musnad, hal. 323 vol. 9)
Sebagaimana hadits tersebut. Rosulullah memerintahkan untuk memperbanyak membaca tahlil, takbir, dan tahmid. Maka inilah dzikir yang paling utama.
Akan tetapi bila melihat bagaimana para sahabat mempraktikkan zikir-zikir tersebut, mereka cenderung memperbanyak takbir.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Umar bertakbir di kubahnya di Mina. Sampai semua orang dalam masjid mendengarnya dan mengikutinya. Sampai-sampai Mina seakan bergetar dengan gemuruh takbir itu.
Dalam Mazhab Syafi’i, takbir mursal baru dimulai sejak terbenam matahari 9 Arafah atau tepat di saat waktu magrib di malam hari Raya Idul Adha. Sedangkan, waktu akhir dari takbir ini adalah sebelum maghrib tanggal 13 Dzulhijjah.
Sedangkan untuk takbir Muqayyad, maka dimulai sejak habis maghrib malam hari raya hingga habis ashar tanggal 13 Dzulhijjah. Takbir Muqayyad hendaknya dibaca terlebih dahulu sebelum berzikir rutin setelah sholat fardlu.